Untuk membuktikan hal itu, marilah kita menengok sebentar untuk membolak-balik halaman sejarah 175 tahun yang lalu, kita buka buku yang belum dikaji kebanyakan akademisi Muslim atas apa yang ditulis kaum orientalis pada abad ke-19 dan ke-20. Sebuah buku yang diterbitkan “Darl Marij” di Kairo pada pertengahan tahun 2004, penulisnya adalah seorang penulis Arab Saudi, Abdullah al-Majed, yang mengagetkan banyak pembaca Arab atas apa yang dikandung di dalam buku tersebut.
Dia mendapatkan teks asli buku tersebut dari Konggres yang diterjemahkan oleh Abdullah Muhammad Naseer yang dia perkenalkan di majalah yang ia kelola “al-Tsaqafah” terbitan London pada edisi (54) tahun 2003. Buku ini adalah contoh penting bagi kajian Timur klasik di abad ke-19 di Amerika Serikat, penulisnya adalah nenek moyang dua pemimpin Amerika, George Bush dan anaknya George Wolker Bush, yang tidak lain adalah “Prof. George Bush” di dalam bukunya “
Buku ini dicetak tahun 1831 dan ada di perpustakaan Konggres. Prof. Bush yang menulis buku ini adalah seorang dosen bahasa Ibrani dan Etika Ketimuran di Universitas New York. Seorang yang ahli dan mahir di dalam debat dan diskusi sekaligus seorang penggembala di sebuah geraja. Penerjemah buku, Dr. Abdul Rahman Abdullah Syaikh bekeyakinan bahwa buku ini memiliki pengaruh di dalam membentuk pemikiran modern yang anti Arab dan kaum muslimin, pemikiran yang dibangun di atas pembicaraan tentang Nabi SAW yang penuh dengan kebencian serta paralogisme historis religius bagi Arab.
Sebagai pengetahuan, Prof. George Bush menggunakan kata (Saracenes) untuk mengungkapkan kata penghinaan yang sangat kuat. Kata ini dulunya diungkapkan kaum salibis dan Eropa pada abad-abad pertengahan terhadap Arab dan kaum muslimin, yang dalam bahasa Arab artinya adalah sarsari (hina dan tidak berakhlaq). Buku ini sebagain besar isinya adalah celaan, tuduhan, umpatan, fitnah dan makian kasar terhadap Arab dan kaum muslimin dengan menganggap mereka sebagai ras yang rendah, (kutu), (tikus) dan (binatang melata).
Seorang penulis Amerika Crisstoper Hitshens mengatakan bahwa buku Prof. Bush menampilkan banyak ungkapan sadis dan keji, yang sebagian besarnya berupa celaan, makian, tuduhan dan umpatan keji terhadap orang Arab dan kaum muslimin. Sehingga di dalam buku yang terdiri dari 6 bab ini, misalnya penulis mengatakan bahwa “Allah telah mengutus Nabi Muhammad untuk memerangi manusia guna mendidik mereka yang telah tenggelam dalam kesesatan. Ini adalah salah satu cara Allah di dalam menghukum (manusia).”
Dia juga mengatakan, “Setelah (Allah) mengutus Musa kepada mereka (manusia) dengan bukti-bukti, namun mereka tetap dalam kesetannya dan menyimpang dari agama yang benar. Diutus kepada mereka Isa dengan misi agung, namun gereja-gereja Timur dan Katolik merusak pemahaman misi agung tersebut dan menyimpang darinya, sementara para tokoh agama Kristen tenggelam dalam kerusakan dan kesesatan. Setelah itu Allah mengutus seorang Nabi kepada mereka, yaitu Muhammad, untuk memerangi mereka guna memberi pelajaran dengan pedang, tombak, kuda dan pasukannya.”
Penulis di sini melihat risalah Islam sebagai alat yang digunakan Allah untuk menghukum gereja-gereja Kristen yang sesat karena memang berhak untuk mendapatkan itu. Penulis menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bisa membaca namun mengklaim tidak bisa membaca dan menulis. Karena dia (Muhammad) ingin menegaskan bahwa al-Qur’an bukan buatannya namun wahyu dari Allah. Barangkali buku yang sejenis ini dan yang ditulis dengan semangat anti dan pelecehan yang sama terhadap kaum muslimin memunculkan kebencian dan rasialisme yang dipraktekan arus radikal dalam pemikiran Amerika, yang menyebut orang Arab dan kaum muslimin sebagai radikal dan menempatkan mereka sekarang dalam kampanye yang dzalim.
Agar kita mengetahui dampak buku penting ini pada akal (rasio) para pembuat keputusan di Amerika, kita harus ingat bahwa buku ini ditulis pada masa kejayaan orientasi menuju pendirian pesan agama bersamaan dengan pandangan negara super power (Amerika) yang berobsesi menjadikan dirinya sebagai imperium dunia, yang berdiri di atas keunggulan ras.
Etika, moral, pemikiran dan agama yang menyertai pembentukan imperium ini terfokus pada arah keyakinan atau ideologi (kualitas tinggi) dan ideologi (bangsa pilihan). sebuah akar justifikasi untuk menghancurkan bangsa-bangsa di semua benua yang dijajahnya dan menyebutnya sebagai “Indian-indian merah” yang di tempatkan sebagai bangsa yang berada di bawah penghancurannya. Di tengah-tengah mereka ada keyakinan-keyakinan bahwa “Indian-indian” ini adalah binatang-binatang buas yang tidak berakal dan tidak berfikir, memakan sebagian yang lainnya, memakan anak-anak dan isteri-isterinya.
Makna inilah yang digambarkan kepada kita oleh film-film koboy Amerika sejak awal abad lalu, yang mencerminkan realita dan kondisi umat kita yang berada di bawah agresi dan penjajahan di bawah penamaan-penamaan yang berbeda-beda sejalan dengan bahasa zaman dan pesan media kontemporer. Namun semua itu pada akhirnya berupaya untuk mengancam keyakinan-keyakinan (ideologi) kaum muslimin dan pemikiran mereka, serta meleburkan tatanan sosial dunia Arab dan Islam guna mengukuhkan penguasaan dunia oleh satu blok.
Bukan hanya dari sisi politik saja, namun juga dari sisi peradaban (budaya), ekonomi bahkan agama.
Ini adalah persepsi yang memimpikan penundukan agama-agama dan menggiringnya menuju liberal, yang tiada maksud dari semua itu kecuali memproduksi teks baru dari Islam yang sesuai dengan kehendak mereka guna mengglobalkan apa saja yang disebut Amerika.
Munir al-Akash menegaskan bahwa pada saat di Amerika Serikat ada iklim upaya menghidupkan kemuliaan agama yang didasarkan kepada sifir-sifir (pernjanjian lama), penulis buku (Prof. George Bush) kala itu adalah salah satu di antara para tokoh utama dan peneliti di dalam menggali teks-teks klasik sifir-sifir perjanjian lama. Nampaknya orientasi akademis Prof. Bush, telah menambah cuaca ketidaktahuan orang atas dirinya yang mengurung dirinya pada bidang yang digelutinya tidak diketahui oleh banyak orang
Untuk itu, tulisan-tulisannya beredar terbatas di antara pusat-pusat kajian ilmiah, agama dan lembaga-lembaga akademis. Hal inilah yang menjadikannya sebagai sumber dan referensi bagi sejumlah kajian akademis tertentu, yang kemudian setelah itu membentuk orientasi umum di dalam pemahaman ratusan dan ribuan para penuntut ilmu yang besar di pusat-pusat kepemimpinan yang menjadi calon pemimpin masa depan bangsa itu. Sehingga pemimpin amerika selanjutnya mempunyai pemahaman yang sama terhadap Islam dan Arab.
Itulah pemahaman salah tentang Islam yang saat ini dipeluk oleh kekuatan super power yang menguasai dunia. Untuk itu, sebelum kekuatan super power ini berfikir dan melanjutkan penerapan demokrasi di negara-negara dunia Islam, maka dia harus membebaskan diri dari kesalahan-kesalahan yang ada dalam pemikiran, pesan, orientasi dan pandangannya terhadap umat ini yang dibangun di atas referensi yang salah. Referensi yang dibangun untuk pemikiran radikal terhadap kaum muslimin.
Bahwa apa yang dihadapinya sekarang ini, berupa penolakan dan penentangan dalam bentuk demonstrasi atau perlawanan bersenjata di Irak atau peledakan oleh jaringan al-Qaidah di banyak tempat. Semua itu, tidak lain adalah penolakan terhadap sumber-sumber pemikiran ini, serta terhadap penerapan hegemoni, pendiktean dan penguasaan dengan kekuatan militer yang telah memakan ribuan korban jiwa. Dan sebaliknya kita kaum muslimin tidak memiliki masalah sejarah dan pemikiran yang menghalangi kita diterima untuk hidup besama orang lain. Dan kita tidak berupaya membinasakan orang lain sebagaimana yang mereka persepsikan.
Sesungguhnya hubungan antara krisis karikatur pelecehan Rasulullah Muhammad Saw, juga pelecehan oleh Paus Benedict XVI dan korelasinya dengan akar pemikiran tersebut menunjukan bagaimana sebagaian orang Barat mengengal Islam dari sumber-sumber yang tidak benar dan tidak akurat. Kemudian mereka membangun persepsi mereka di atas contoh-contoh dan penggambaran seperti dari buku-buku yang melecehkan kaum muslimin. Krisis semacam ini juga menegaskan penyimpangan tuntutan-tuntutan sebagian kaum muslimin sendiri agar kita tidak melupakan khasanah kita bahwa agama kita mengandung toleransi dan etika kemanusiaan yang dibutuhkan manusia hari ini. Seakan-akan tuntutan ini ingin menjadikan kaum muslimin “Indian-indian merah”, dan itu ada pemikiran “penggantian bangsa dengan bangsa dan budaya dengan budaya.”
Sesungguhnya kita kaum muslimin tidak akan mengadili bagi siapa yang menyerang Arab dan kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan Yahudi Israil yang melakukan propaganda terhadap siapa saja yang memusuhi mereka dengan menyebutnya anti semit. Kita kaum muslimin tidak akan mendeklarasikan perang bersenjata sebagai balasan atas propaganda mereka terhadap Islam dengan berbagai macam panggilan negatif.
Namun kita harus dalam kesadaran penuh dengan apa yang terjadi dalam hati. Mereka mengkaji kita dengan baik, untuk itu kita harus mengkaji mereka dengan baik pula. Hal ini untuk menghadapi mereka lewat pemikiran dan informasi dengan tujuan memperkenalkan hakikat Islam yang berperadaban sesuai dengan yang kita imani. Barang kali yang patut mendapatkan perhatian adalah bahwa Prof. Bush tidak cukup hanya menyerang kaum muslimin saja tetapi juta menyerang dan melecehkan sekte-sekte non radikal agama Kristen timur yang diimani oleh warga Kristen yang mereka itu adalah saudara-saudara kita yang tinggal di banyak negara Arab dan Islam mulai dari Maroko hingga Indonesia. (Eramuslim)
Reference: Karina Dive
No comments:
Post a Comment