Friday, May 2, 2008

Bagaimana bentuk siksa di alam barzakh

BismiLlahirrohmanirrohiim…
Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga melalui berbagai dalil serta penjelasan di bawah ini, semakin jelaslah bahwa ”Siksa Kubur” itu memang merupakan Rahasia dari Allah Ta’ala, yang tidak pernah disampaikan-Nya secara nyata. (seperti yang pernah disampaikan oleh banyak pendapat dengan berbagai perinciannya, bahkan mereka berani pula memastikannya..!?)


Masya Allah...lupakah kita bahwa seorang Baginda RasuluLlah saw. saja langsung di tegur oleh Allah Ta’ala lantaran memastikan sesuatu...!?


Allah Ta’ala berfirman;

”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."
(QS. al-Kahfi : 23 – 24)

Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.


Maka...masih adakah yang punya keberanian untuk memastikannya lagi...???

Selamat menyimak penjelasan berikut ini, semoga dengan ridho dari Allah Ta’ala tulisan inipun dapat bermanfaat, insyaAllah...


Bagaimana Bentuk siksa Di Alam Barzakh

Alam Barzakh hanya di ketahui berdasarkan Al-Qur’an dan hadist tidak dengan argumentasi yang lain. Ada dan tiadanya siksa kubur bergantung pada penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadist. Ilmu kita tak dapat menembus alam tersebut. Sejak kematian hingga kiamat tiba, adanya surga dan neraka merupakan ilmu Allah SWT karena pengetahuan tersebut bersifat misteri. Allah SWT menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan bagaimana bentuknya, karena hanya Allah SWT yang berhak menjelaskan keberadaan alam itu.


Allah berfirman:

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia .Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?”
(QS. Yunus: 15-16)


Dari dua ayat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa yang berhak menjelaskan tentang alam akhirat hanya Allah karena tidak seorang pun yang mengetahui alam akhirat. Meskipun ilmu manusia mencapai tingkat tertinggi, jangkauan tetap terbatas dan alam akhirat di luar jangkauan akal manusia. Roh sebagai sebab adanya kehidupan dan kematian, sampai saat ini belum ada ilmuwan yang mengetahui tentang hakikat roh, hanya Allah yang mengetahui.

Allah berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS. Al-Isra’: 85)

Ayat di atas menjelaskan bahawa ilmu tentang roh hanya Allah yang mengetahui. Meskipun ilmu manusia mengalami kemajuan pesat, tidak ada dapat mengerti tentang hakikat kematian dan kehidupan karena ilmu tentang hakikat roh hanya Allah yang mengetahuinya.

Untuk itu kita harus menyiapkan segalanya guna menghadapi alam tersebut. Alam kematian tidak mungkin di hindari karena alam itu pasti adanya. Kita hanya mengetahui sedikit tentang alam tersebut melalui Al-Qur’an dan hadist. Setiap pendapat, ucapan, atau dugaan yang tidak berdasar Al-Qur’an dan hadist Nabi saw., tidak boleh di amalkan karena pendapat itu pasti salah.

Para ulama berbeda pendapat tentang bentuk siksaan, padahal mereka sepakat bahwa siksa atau azab pasti adanya. Pertanyaannya: apakah siksaan itu hanya di alami oleh jasad mayit atau juga menimpa jiwa dan rohnya?

Sebagian orang yang meragukan adanya siksa kubur berpendapat, “Jika kita menggali kembali kubur orang kafir atau orang maksiat – setelah beberapa hari di kuburkan – kita tidak melihat adanya bekas siksaan atau pukulan pada tubuh si mayit. Dimana tanda-tanda penyiksaan itu diketahui?” Rasulullah saw. Bersabda, “Jika kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur sebagaimana yang aku dengar.” (HR Imam Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)

Jika siksa kubur sama dengan apa yang kita gambarkan, misteri alam gaib menjadi hilang dan tidak ada lagi ujian atau cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita.

Allah berfirman:

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
(QS. Al-Mulk: 2)

Ujian pertama yang diberikan Allah ialah ujian keimanan, iman kepada alam gaib.

Allah berfirman:

1. Alif laam miin

Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.


2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,

Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.

Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.

Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama dari surat al-Baqarah (S. 2: 2,3,4,5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Kaum Mukminin, dan dua ayat berikutnya (S. 2: 6,7) tentang kaum kafirin yang menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup - diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman -; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (S.2: 8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.

(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)


3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.

Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.

Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.

Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
(QS.Al-Baqarah: 1-3)


Keimanan pada yang gaib merupakan syarat untuk keimanan yang benar, keimanan yang tidak memiliki unsur keraguan bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Dia menjadikan tanda-tanda keberadaan-Nya dengan menciptakan bintang-gemintang, matahari, bumi, laut, gunung, dan bukit.

Di antara makhluk Allah ada yang bersifat gaib-diluar jangkauan akal kita- seperti malaikat dan jin. Allah menciptakan mereka sebagai sesuatu yang gaib, padahal para malaikat itu sebagai pasukan Allah SWT, sebagaimana


Firman Allah:

“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.”
(QS. Al-Muddatstsir: 31)

Kita tidak mengetahui di mana mereka, tetapi sebenarnya mereka berada di sekitar kita, sebagaiman firman Allah SWT:

“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 17-18)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Rasulullah saw. Bersabda,”Setiap satu jengkal di langit terdapat malaikat yang sujud”.

Diriwayatkan dari Anas r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “…Demi Dzat yang diriku berda di tangan-Nya, tidak ada satu jengkal pun di langit kecuali terdapat malaikat yang bersujud untuk menyucikan dan memuji Allah.” (HR Ibnu Mardawaih, dan As-Suyuthi dalam Al-Jami’ As-Shaghiir). Anas mengatakan bahwa hadist ini shahih dan Imam Turmudzi meriwayatkannya dengan riwayat yang berbeda.

Lalu, di mana jin yang hidup di tengah-tengah kita? Banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang jin, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat Al-Jin.

Allah berfirman:

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al-A’raf: 27)

Dari ayat di atas banyak sekali hal gaib. Allah tidak menghendaki manusia menyaksikan masalah tersebut, melainkan Dia mengharapkan mereka beriman melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya.

Dengan demikian, apa maksud penundaan masalah tersebut? Bagaimana bentuk siksa dialam Barzakh yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadist?

Siksa adalah satu hal yang pasti terjadi. Tetapi bagaimana bentuk siksaan itu tidak di jelaskan. Siksa yang mengenai raga dan jiwa, bukan sekadar penyiksaan pada organ tubuh karena organ tubuh akan hancur. Siksaan terhadap jiwa jauh lebih berat dibandingkan dengan siksaan fisik. Siksaan terhadap jiwa adalah merupakan siksaan yang Allah perlihatkan kepada manusia. Pagi dan petang, sama dengan nikmat-nikmat yang dialami manusia beriman di alam Barzakh. Siksaan jiwa jauh lebih berat rasanya di banding siksaan tubuh karena jika Allah hanya menyiksa tubuh, siksaan itu bersifat sementara, tidak abadi.

Siksaan yang disebutkan dalil-dalil di atas ialah siksaan terhadap jiwa dan roh, tetapi tidak berarti jasad tidak mengalami siksaan, melainkan tubuh ikut merasakan siklsaan yang di alami jiwa dan roh. Demikian pernyataan para ulama tentang siksa meskipun kita melihat tidak terdapat bekas siksaan itu ketika kita menggali kubur.

Ada beberapa masalah yan perlu diperhatikan:

1. Jasad manusia ketika ditingalkan rohnya tidak ada artinya, sama dengan onggokan sampah yang akan punah, tetapi pada hari kiamat nanti manusia akan di hidupkan kembali, tentu dengan jiwa dan rohnya.

Allah berfirman:

“Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?”
(QS.Al-Waqi’ah: 61-62)

2.Jasad manusia akan hancur, sedangkan dosa akan menjadi beban baginya hingga tiba hari kiamat.

3.Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap manusia akan hancur menjadi tanah, kecuali dosa yang dilakukan akan terus menjadi beban” (HR Imam Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i)

4.Jasad yang di tinggalkan roh tidak merasakan sakit meskipun dia di gergaji menjadi beberapa bagian. Artinya, roh harus dikembalikan kepada jasad agar jasad merasakan siksa alam Barzakh atau kubur. Jika roh tidak di kembalikan kepada jasad ketika kedua malaikat bertanya kepadanya, ini berarti jasad akan terbujur kaku dalam kubur dan tidak merasakan siksaan.

5.Siksaan yang menimpa jiwa jauh lebih sakit daripada siksaan yang menimpa tubuh. Dalam kehidupan di dunia kita merasakan beratnya sakit jiwa, sakit yang tidak akan kuat ditanggung oleh raga. Ada seorang tahanan penjara yang akan di eksekusi mati, ia banyak mengalami siksaan batin yang sangat menyakitkan. Selama satu bulan raganya sehat, tetapi bathinnnya sangat menderita menunggu waktu eksekusi mati tersebut. Kita akan berkata, “Siksa bathin jauh lebih sakit daripada siksa fisik.”

6.Jika kita katakan bahwa siksa itu hanya mengenai anggota tubuh manusia, padahal jasad manusia akan hancur menjadi tanah setelah beberapa puluh tahun, pertanyaannya, “ Apakah siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat hanya terjadi pada jasad mereka yang belum hancur?” Apakah siksa bagi kaum Nabi Nuh, ’Ad, Tsamud, dan Fir’aun sudah berakhir setelah jasad mereka kembali menjadi tanah?

7.Nikmat atau siksa alam kubur dan alam Barzakh hanya sebagai prolog. Nikmat bagi orang saleh atau siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat itu akan datang pada pagi dan petang. Sementara, jiwanya yang tenang akan kembali kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
(QS. Al-Fajr: 27-28)

Allah berdialog dengan jiwa manusia bukan dengan raga mereka karena ia akan hancur dan tidak akan kembali lagi. Allah tidak berkata, “Wahai jasad yang terbujur kembalilah kepada Tuhan mu dengan tenang dan di ridai.” Jasad bersifat materi duniawi dan peranannya akan berakhir dengan kematian, kemudian akan dikembalikan lagi setelah kiamat dalam bentuk yang berbeda.

8. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siksa itu bersifat penampakkan saja agar orang-orang kafir dan ahli maksiat takut menghadapi hari kebangkitan kembali menjadi manusa dan hari penghitungan amal.

Allah berfirman:

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."

(QS. Al-Mu,min: 46)

Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Jika seseorang sedang menghadapi kematian, ia dapat melihat tempat kembalinya, pagi dan petang. Jika ia menjadi ahli surga, ia akan menjadi penghuni surga, tetapi jika ia ahli neraka,ia di tetapkan sebagai ahli neraka. Dikatakan kepadanya, “Ini tempat dudukmu hingga kamu di bangkitkan pada hari kiamat nanti.”

9. Allah tidak akan menyiksa para hamba-Nya, kecuali setelah di lakukan penghitungan amal pada hari kiamat kelak.

Bukankah seseorang tidak akan di masukan kedalam tahanan, kecuali setelah di ajukan kepengadilan dan diputuskan kesalahannya?


Penetapan seorang tersangka dengan bukti dan fakta yang akurat saja boleh, bagimana dengan pengadilan Allah Yang Maha Adil?

Allah berfirman:

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”

(QS. Az-Zumar: 42)

Bahkan, Allah menegaskan bahwa tidur sama dengan mati. Dia mematikan dan membangkitkan kita setiap hari.

Allah berfirman:

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”

(QS.Al-An’aam: 60)

Dengan demikian, tidur sama denagn mati. Orang yang sedang tidur rohnya sedang berada di luar raga hingga terbangun dari tidur. Ia akan melakukan sesuatu yang di luar jangkauan akal. Dalam tidurnya mungkin saja seseorang bermimpi menyeramkan sehingga ia merasa ketakutan yang luar biasa, padahal jasadnya terbujur kaku di tempat tidur. Begitu juga ketika dia bermimpi indah, rohnya akan merasakan nikamat dalam mimpi tersebut, tetapi tubuhnya tetap terbujur kaku. Ketika ia terbangun dari tidur, ia ingin merasakan mimpi yan indah itu, tetapi tidak mau bermimpi buruk karena ketakutan yang dialami dalam mimpi tersebut. Demikian juga, dengan orang yang meninggal dunia, ia akan merasakan apa yang dirasakan orang hidup yang sedang bermimpi. Jika Allah hendak memberikan nikmat, niscaya ia pun akan merasakan kenikmatan tersebut dalam tidur atau alam Barzakhnya.

Allah berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.”

(QS. Al-Isra’: 60)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mimpi itu di tangan Allah. Dia memberikan mimpi kepada siapa yang dikehendaki. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat, tidak dapat menafsirkan arti sebuah mimpi. Jika manusia dan jin berkumpul untuk menetapkan apa yang akan dimimpikan nanti malam, niscaya mereka tidak dapat melakukannya.

Dari penjelasan tersebut di atas bahwa siksa itu ilmu Allah, di bawah nalar manusia dan hanya Allah yang mengetahui. Allah Maha Mengetahui lagi Manciptakan makhluk di muka bumi ini. Dia yang mengetahui bagaimana bentuk siksa atau nikmat yang akan dialami seseorang, sejak meninggal dunia sampai hari kiamat. Dia mengawali siksa atau nikmat tersebut di alam barzakh hingga kiamat dan akhirnya masuk surga atau neraka.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Ta’ala…

Melalui tulisan “Misteri Kematian dan Alam Barzakh” ini semakin jelas bahwa alam barzakh itu hanya Allah yang mengetahuinya, sebagai rahmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang beriman, Allah akan menerima dan menyambut setiap manusia beriman yang memiliki jiwa tenang dan tentram, mengakui ke-Esa-an Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Allah berfirman;

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”

(QS. Al-Fajr: 27 – 30).

Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya.

Semoga Allah Ta’ala menerima usaha penulis ini untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan mencatat pada buku catatan kebaikan dan buku catatan orang-orang yang ikut serta, membaca, dan memahami tulisan ini. Hanya ridho Allah yang menjadi tujuan dari tulisan ini,

Amin Allahumma amiin...



JazakumuLlah khairan katsiiro.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Nchie

1 comment:

Toni Mustopa said...

berhati hatilah wahai engkau manusia yang tidak diridhoi Allah sepanjang hidupmu, karena Sungguh akan berat siksaan dan azab bagi orang orang yang mengingkari adanya siksa kubur, wallahu A'lam bi shawab.