KAIDAH PENTING TENTANG MAKANAN
Sebelum melangkah lebih lanjut, perlu kita tegaskan terlebih dahulu bahwa
asal hukum segala jenis makanan baik dari hewan, tumbuhan, laut maupun
daratan adalah halal. Allah berfirman.
“Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi” [Al-Baqarah : 168]
Tidak boleh bagi seorang untuk mengharamkan suatu makanan kecuali
berlandaskan dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Apabila seorang
mengharamkan tanpa dalil, maka dia telah membuat kedustaan kepada Allah,
Rabb semesta alam. FirmanNya.
“Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
lebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” [An-Nahl : 116]
[13]. BINATANG YANG HIDUP DI DUA ALAM
Sebagai penutup pembahasan ini, ada sebuah pertanyaan : “Adakah ayat Qur’an
atau Hadits shahih yang menyatakan bahwa binatang yang hidup di dua alam
haram hukum memakannya seperti kepiting, kura-kura, anjing laut dan kodok?”.
Jawab secara umum : Perlu kita ingat lagi kaidah penting tentang makanan
yaitu asal segala jenis makanan adalah halal kecuali apabila ada dalil yang
mengharamkannya. Dan sepanjang pengetahuan kami tiddak ada dalil dari
Al-Qur'an dan hadits yang shahih yang menjelaskan tentang haramnya hewan
yang hidup di dua alam (laut dan darat). Dengan demikian binatang yang hidup
di dua alam dasar hukumnya "asal hukumnya adalah halal kecuali ada dalil
yangmengharamkannya. [Lihat pula “Soal jawab” Juz. 2 hal. 658 oleh Ustadz A
Hassan dkk]
Adapun jawaban secara terperinci :
Kepiting - hukumnya halal sebagaimana pendapat Atha' dan Imam Ahmad. [Lihat
Al-Mughni 13/344 oleh Ibnu Qudamah dan Al-Muhalla 6/84 oleh Ibnu Hazm]
Kura-kura dan Penyu - juga halal sebagaimana madzab Abu Hurairah, Thawus,
Muhammad bin Ali, Atha', Hasan Al-Bashri dan fuqaha' Madinah. [Lihat
Al-Mushannaf (5/146) Ibnu Abi Syaibah dan Al-Muhalla (6/84]
Anjing laut - juga halal sebagaimana pendapat imam Malik, Syafi'i, Laits,
Sya'bi dan Al-Auza'i [Lihat Al-Mughni 13/346]
Katak/kodok - hukumnya haram secara mutlak menurut pendapat yang rajih
karena termasuk hewan yang dilarang dibunuh sebagaimana penjelasan di atas.
Wallahu A’lam
Monday, May 5, 2008
Friday, May 2, 2008
Adakah siksa kubur?
Sebelumnya aku minta maaf untuk judul tulisan yang aku buat tersebut di atas. Karena mungkin ada di antara saudaraku yang salama ini meng-iman-i ”siksa kubur” atau justru malah sebaliknya.
Untuk itu marilah kita bahas perbedaan ini, karena diluar dari perbedaan tentunya kita sudah sepakat bahwa Syari’at Islam telah sempurna, dan tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai agamamu." ( QS. Al-Maidah: 3) Dan Nabi Shallallahu 'Alahi wa Sallam tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan.
Pembahasan ini di mulai dari wajibnya kita beriman kepada yang Ghoib, ”(Orang- orang bertaqwa itu) yang beriman kepada yang ghoib dan mendirikan sholat serta menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka" (QS. Al Baqoroh: 3). Beriman adalah ungkapan keyakinan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Ghoib adalah segala sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra manusia. Beriman kepada yang ghoib menurut seorang ulama bernama Abul Aliyah, "Beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Rasul-rasul, surga dan perjumpaan dengan Allah SWT diakhirat serta hidup sesudah mati, semua itu ghoib." Diantara yang harus kita yakini terhadap hal-hal ghoib ini adalah;
Beriman kepada akan terjadinya hari kiamat ( lihat Q.S Al Qiyamah )
Beriman kepada hari Akhirat. Termasuk beriman kepada hari akhirat adalah ;
Beriman kepada kebangkitan sesudah mati ( lihat Q.S Al Anbiya: 104, dan Al Mukminun: 15 – 16 ). Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat tanpa alas kaki dan telanjang." ( H.R. Bukhori dan Muslim )
Beriman kepada perhitungan dan pembalasan sesuai dengan perbuatannya ( lihat Q.S Al Ghosiyah: 25-26, Al An’am: 160 dan Al Anbiya : 47).
Beriman kepada syurga dan neraka. Syurga sebagai tempat yang menyenangkan bagi orang-orang yang bertaqwa ( lihat Q.S.Al Bayyinah: 7-8 dan Al Ahzab:17 ). Sedangkan neraka sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang kafir dan dzalim yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak mentaati rasul-rasul-Nya ( lihat Q.S Al Imran:131, Al Kahfi:29 dan Al Ahzab:64-66 ).
Nah untuk perincian beberapa hal ghoib tersebut diatas, insyaAllah kita semua sependapat untuk mengimaninya. Karena memang dalil-dalilnya sangat jelas, dan berkesesuaian dengan al-Qur’an... Namun untuk beriman kepada yang berikut inilah yang perlu kita bahas kembali, yaitu :
”Termasuk beriman kepada hari kemudian adalah beriman kepada fitnah dan pertanyaan di kuburan ( H.R Bukhori dan Muslim ). Dan beriman terhadap adanya siksa kubur atau kenikmatan di dalamnya ( lihat Q.S Al An’am : 93 ).
Memang surah al-An’am ayat 93 inilah yang umumnya sering dijadikan acuan...
Agar pembahasan ini dapat akurat, dan bukan pula ”katanya Nchie”, maka marilah kita buka beberapa kitab tafsir yang akan menjelaskan tentang QS. Al-An’am ayat 93 tersebut.
Dari 3 buah kitab tafsir yang ditulis oleh (1) Sayyid Quthb (2) Buya Hamka (3) Quraish Shihab, ternyata ketiga-tiganya menjelaskan keterangan yang hampir bersamaan. Maka dengan dengan meluangkan sedikit waktu, aku ketikkan berikut ini salinan dari salah satunya...
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al-An’am : 93).
Berikut ini adalah penafsiran dari surah al-An’am ayat 93 yang aku salin dari Tafsir al-Mishbah volume 4 Surah al-An’am hal. 200 s/d 202, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
”Ayat yang lalu menegaskan bahwa al-Qur’an bersumber dari Allah Swt; dengan demikian ia bukan buatan dari Nabi Muhammad Saw. Atau siapapun. Rupanya ketika itu atau di masa datang ada yang mengaku mendapatkan wahyu dalam rangkan meraih kedudukan atau mengalihkan orang dari tuntunan al-Qur’an. Terhadap mereka, Ayat di atas turun mengecam; Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah seperti halnya orang Yahudi dan kaum Musyrikin Mekah yang bukan saja menginkari Wahyu tetapi juga berbohong atas nama Allah, Atau Siapa juga yang lebih zalim daripada yang berkata: “Telah di wahyukan kepadaku” oleh Allah satu informasi Padahal sebenarnya dia berbohong karena tidak ada yang di wahyukan sesuatupun kepadanya, dan siapa pula yang lebih zalim daripada, yang berkata: “ Aku pasti akan menurunkan, yakni menyampaikan sesuatu yang amat tinggi nilainya sehingga menyampaikannya sama dengan menurunkannya seperti apa yang kaum muslimin percaya diturunkan oleh Allah,” yakni al-Qur’an. Siapa yang lebih zalim dari ketiga macam manusia itu? Pasti tidak ada, bahkan merekalah yang paling zalim, sehingga mereka semua wajar mendapat siksa. Dan sekiranya Engkau hai Nabi Muhammad dan siapapun di antara kamu melihat di waktu orang-orang zalim yang mencapai puncak kezaliamn berada dalam tekanaan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat membuka tangan mereka, yakni,menghadapi para pendurhaka yang bermaksud mempertahankan nyawanya ambil berkata: “Keluarkan lah nyawa kamu.” Sekiranya engkau hai Nabi Muhammad dan siapapun yang dapat melihatnya maka sungguh engkau akan melihat suatu pemandangan yang sangat dahsyat dan mengerikan. Tiada kata-kata yang engkau ketahui yang dapat melukiskannya. Selanjutnya para malaikat lebih jauh menjelaskan sebab siksaan itu dengan menyatakan bahwa, “PAda hari ini, yakni saat ini hingga waktu yang ditentukam Allah kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menyakitkan jasmani kamu dan menghinakan jiwa kamu, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan-perkataan yang tidak benar dan karena kamu telah menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” yakni enggan menerima bahkan melecehkannya.
Ada tiga macam kezaliman yang di sebut pada ayat ini, yaitu:
1. Membuat kedustaan terhadap Allah
2. Mengaku mendapat Wahyu.
3. Melakukan pelecehan terhadap wahyu dengan berkata akan membuat semacamnya.
Sebenarnya yang kedua dapat dimasukan dalam bagian yang pertama, tetapi guna mendapat perhatian yang lebih besar menyangkut hal yang kedua itu maka ia di sebut secara tegas dan jelas. Demikian pendapat mayoritas Musafir. Ada juga yang memahami makna membuat kedustaan terhadap Allah dalam arti mempersekutukan-Nya, tetapi sengaja tidak di tegaskan dengan redaksi tersebut karena tujuan ayat ini adalah mengajak kaum Musyrikin untuk bersikap objektif serat menghindari subjektivitas. Ini, agar emosi mereka tidak terpancing menolak ajakan di atas. Pendapat ini dapat didukung oleh penutupan ayat berikut dimana dipertanyakan kepada mereka kehadiran para sesembahan yang mereka jadikan sekutu-sekutu Allah. Apabila pendapat ini di terima, Maka kezaliman kedua berbeda dengan yang pertama, sekaligus yang kedua tidak dapat dipahami sebagai bagian yang pertama.
Di atas_sebagaimana dikemukakan- terbaca tiga macam kezaliman, tetapi hanya dua kali di sebut kata man/siapa, masing-masingpad kezaliman pertama dan ketiga, sedang kezaliman kedua tanpa menggunakan kata siapa. Bagi yang berpendapat bahwa kezaliman kedua termasuk bagian kezaliman pertama, maka ditiadakannya kata siapa pada yang kedua itu menjadi sangat wajar, sedang bagi yang membedakan kezaliman pertama dengan kedua, maka penyebutan hanya dua kali kata siapa itu disebabkan karena yang pertama dan kedua menyatu dalam jenis kezaliman terhadap Allah akibat keengganan tunduk kepada-Nya, sedang jenis kedua adalah kezaliman terhadap ayat-ayat Allah dalam bentuk keangkuhan dan pelecehan.
Firman-Nya mengutip ucapan sementara orang bahwa telah diwahyukan kepadaku dan seterusnya, dipahami oleh sementara ulama bahwa yang dimaksud adalah Musailamah al-Kadzdzab dan al-Aswad al-Ansi. Pendapat ini ditolak oleh sekian ulama dengan alasan bahwa surah ini turun sebelum Nabi Saw berhijrah ke Madinah, sedang kasus Musailamah al-Kadzdzab, dan al-Aswad al-Ansi, terjadi pada tahun ke sembilan hijrah jauh sesudah turunnya ayat ini. Karena itu ayat ini tidak harus dipahami sebagai menunjuk orang tertentu, tetapi siapa dan kapan pun. Hingga kini—di mana-mana—kita masih menemukan dan mendengar tentang orang-orang yang mendapat wahyu atau wangsit atau mangaku didatangi oleh malaikat Jibril menyampaikan informasi yang beraneka ragam.
Kata ghamarat yang dijelaskan di atas denagn arti sakarat al-maut, adalah bentuk jamak dari kata ghamrat. Ia terambil dari akar kata ghamara yang berarti meliputi/memenuhi sesuatu, atau menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya seperti halnya ombak yang menelan seseorang dan meliputi seluruh tubuhnya. Sekali ombak itu mengangkatnya ke atas atau menenggelamkannya ke bawah, dan dikali lain menhempaskannya ke kiri dan ke kanan. Ini mengandung makna kesungguhan dan ketiadaan ampun yang diberikan oleh para malaikat yang mencabut nyawa itu. Atau, keadaan para malaikat ketika mencabut roh pembangkang yang mempertahankan nyawanya bagaikan seseorang yang hendak menuntut dan mendesak seseorang yang berhutang sambil menghardik. Ini juga berarti ketidakberdayaan menolak maut dan siksaan yang sedang mereka hadapi.
Firman-Nya: keluarkanlah nyawa kamu, dipahami bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah di atas dapat di pahami sebagai gambaran dari keengganan seseorng untuk meninggal dunia. Ini menggambarkan betapa kasar dan kejam malaikat menghadapi mereka seakan-akan mereka berkata:”Keluarkanlah nyawa kamu dari siksa yang akan kamu hadapi.” Memang semua orang enggan mati, tetapi seorang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya akan melihat tempatnya kelak disurga. Nah, ketika itu jiwanya merasa tenang dan senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya. Sedang seorang Durhaka, diperlihatkan kepadanya—saat sakarat—tempat yang akan dihuninya di neraka, sehingga hatinya gusar, tidak ingin mati, nyawanya bagaikan enggan keluar karena melihat dan menyadari apa yang akan di alaminya itu.”
Nchie:
Sungguh jelas bukan bahwa arti maupun tafsir dari surah al-An’am ayat 93 ini, tidak terdapat sedikitpun pembahasan mengenai siksa kubur, melainkan masalah sakratul maut yang pasti akan menghapiri setiap manusia...!?
Sekarang, marilah kita saksikan apa yang ditulis oleh Ust. H. Ahmad Sarwat Lc. mengenai ”Siksa Kubur” yang menurut beliau memang ada, dan tidak ketinggalan ditampilkan pula dalil2 maupun hadits yang menurutnya shahih serta berkesesuaian.
Tulisan berikut ini berasal dari :
( http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/7109075440-benarkah-tidak-ada-azab-kubur.htm )
-----------------------------------------------------------------
Ustadz Menjawab : bersama Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.
Pertanyaan
Benarkah Tidak Ada Azab Kubur?
Sabtu, 26 Apr 08 07:30 WIB
Menurut buku yang saya baca berjudul tidak ada azab kubur, penulis meyakinkan bahwa Alquran tidak menyatakan itu kecuali hadis namun kualitas hadis tersebut lemah
1. Benarkah tidak ada azab kubur?
2. Ke manakah ruh dan naps pasca kematian?
3. Apakah alam kubur hanya masa penantian?
4. Kapan manfaat amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya bagi yang sudah wafat?
Ejun
Jawaban:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salah satu bentuk pemurtadan dan penghancuran Islam adalah dengan menanamkan keragu-raguan kepada hadits nabawi. Cara ini oleh musuh Islam dipandang sangat efektif, karena lumayan hemat tenaga, tetapi punya dampak kehancuran yang besar.
Contoh yang paling mudah adalah tentang ingkarnya sebagai umat Islam terhadap adanya siksa kubur. Alasannya, karena siksa kubur itu tidak disebutkan di dalam Al-Quran. Hanya disebutkan di dalam hadits, lalu hadits-hadits itu dituduh sebagai hadits yang lemah.
Padahal kedua argumentasi itu salah besar. Siapa bilang Al-Quran tidak bicara siksa kubur? Dan siapa bilang hadits tentang siksa kubur itu lemah?
Yang lemah bukan hadits tentang siksa kubur, tapi barangkali ilmu dan wawasan penulis buku itu sendiri. Sebab bagaimana mungkin ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi masih saja tidak paham dengan ayat Al-Quran? Atau masih tidak bisa membedakan mana hadits yang shahih dan mana yang tidak shahih? Apalagi sampai berani menulis buku, tapi sayangnya isinya tidak menggambarkan keluasan ilmu, kecuali hanya sekedar menjiplak habis pemikiran kufur materialis barat.
Dalil-dalil Siksa Kubur Adalah Dalil Yang Qath'i
Sebenarnya adanya azab kubur itu sesuatu yang sudah qath’i dan pasti sifatnya. Tidak perlu dipermasalahkan lagi Dalam banyak ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga tentunya hadits Rasulullah SAW, kita mendapatkan bahwa dalil yang jelas dan qath’i. Demikian juga Rasulullah SAW menyebut-nyebut azab kubur secara tegas, jelas dan terang.
Bagaimana mungkin kemudian mengingkarinya semata-mata mengambil pengertian kedua dari ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem?
A. Ayat-ayat Quran
1. Ayat Pertama
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang adanya azab kubur.
…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, , "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. Al-Anam: 93)
Nchie :
Untuk QS. Al-An’am : 93 ini alhamduliLlah tadi telah di jabarkan diatas.
2. Ayat Kedua
…Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS. At-Taubah: 101)
Nchie:
Berikut ini tafsir dari QS. At-Taubah : 101 tersebut...
Allah Ta’aka berfirman yang artinya :
” Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. At-Taubah: 101)
Yang pertama disebutkan adalah kelompok yang sangat tersembunyi niat mereka, bahkan orangnya ini dinyatakan dengan firman-Nya: Di antara orang-orang Badwi, penduduk gunung yang telah disinggung sebelum ini, dan yang bermukim di sekeliling kota dan pemukiman kaum di Madinah, ada orang-orang munafik yang mantap kemunafikannya: dan ada juga, bahkan yang lebih mantap dari mereka, yakni di antara penduduk Madinah. Mereka telah terbiasa sehingga sangat dalam, licik dan melampau batas dalam kemunafikan. Engkau pun, hai Nabi Muhammad saw. yang sungguh tinggi firasat, kecerdasan dan kemampuanmu, tidak mengetahui siapa mereka, karena keluarbiasaan mereka mengelabui orang lain, tetapi Kami saja yang mengetahui mereka sampai sedetail-detail sikap dan perilaku mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar di akhirat nanti.
Ayat ini menjadi dasar untuk tidak membenarkan siapa pun yang menyatakan dirinya mengetahui secara pasti isi hati seseorang, apalagi yang berkaitan dengan keimanan dan ketulusannya.
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 5 Surah at-Taubah ayat 101 hal. 701 s/d 702, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
Demikian juga dengan ayat ini tidak menjelaskan mengenai ”siksa kubur” seperti telah dikhususkannya ayat tersebut yang dijadikan acuan bagi kita, bahwa; ”inilah dalilnya tentang siksa kubur...!?”
Di ayat ini teramat jelas bahwa Allah SWT menyiksa orang zalim itu dua kali, yaitu pada alam kubur dalam kematiannya yaitu setelah nyawa dicabut hingga menjelang hari kiamat. Dan berikutnya adalah siksaan setelah hari kiamat yaitu di neraka.
3. Ayat Ketiga
Demikian juga yang Allah SWT lakukan kepada Fir’aun yang zalim, sombong dan menjadikan dirinya tuhan selain Allah SWT. Allah SWT mengazabnya dua kali, yaitu di alam kuburnya dan di akhirat nanti. Di alam kuburnya dengan dinampakkan kepadanya neraka pada pagi dan petang. Ini merupakan siksaan sebelum dia benar-benar dijebloskan ke dalamnya dan terjadinya pada alam kuburnya.
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat., "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (QS. Al-Mu’min: 46)
Nchie:
Nah menurut kitab Tafsir al-Mishbah berikut ini, Ust. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ”siksa kubur” itu memang ada. Sebelum aku menuliskannya di bawah ini, ada satu pertanyaan ”crusial” yang terus mengganjal dan itulah sesungguhnya jawaban yang belum ditemukan. Jika memang benar siksa kubur itu ada, mengapa ada ayat-ayat yang dijadikan dalil itu ternyata tidak berkesesuaian alias tidak konsisten...? Apalagi di bawah nanti silakan saudaraku saksikan berbagai argumentasi hadits yang disampailan oleh Ust. Ahmad Sarwat ini, yang sangat berbeda dari kenyataan isi hadits dari beberapa ”KITAB HADITS LEGAL” (bukan sekadar ”copas” dari internet) yang ada padaku...
Sekarang, marilah kita simak penjelasan Ust. Quraish Shihab melalui kitab Mishbahnya untuk QS. Al-Mu’min : 46.
Nasihat-nasihat yang disampaikan oleh sang Mukmin yang menyembunyikan keimanannya itu, tidak berkenaan di hati dan pikiran Fir’aun dan rezimnya. Mereka bermaksud buruk, tetapi karena sang Mukmin melakukan “tafwidh”, berserah diri sepenuhnya kepada Allah, maka Allah melindunginya dar tipu keburukan-keburukan daya dan maksud buruk mereka. Selanjutnya karena pada akhirnya: “Tidaklah menimpa makar jahat kecuali perencanaannya” (QS. Fathir[35]:43), maka para perencana itulah yang kena getahnya dan akibatnya ditimpalah dari seluruh penjuru keluarga dan rezim Fir’aun oleh siksa yang amat buruk.Yaitu api neraka di nampakkan kepada mereka dalam kuburnya yakni di alam Barzakh setiap pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat dikatakan kepada malaikat: “masukanlah keluarga Fir’aun ke dalam siksa neraka yang paling keras melebihi apa yang menimpa mereka selama ini di alam Barzakh/ Kubur.”
Al-Qur’an tidak menjelaskanbagaimana Allah melindungi dan menyelamatkan sang mukmin yang memberi nasihat itu. Dalam konteks ini banyak riwayat yang tidak dapat dipertanggung jawabkan nilai kesahihannya dan yang sebaiknya tidak perlu dikemukakan dalam kitab-kitab tafsir.
Kata haqal ditimpa menurut sementara ulama asalnya adalah haqqa dalam arti wajib dan pasti menjadi kenyataan, kemudian disisipin dengan huruf alif sehingga manjadi haqa.
Ayat di atas hanya menyebut keluarga Fir’aun, sedang Fir’aun sendiri tidak disebutkan bagaimana nasibnya. Ini bukanlah isyarat bahwa Fir’aun tidak akan disiksa atau bahwa pada akhir hidupnya dia beriman, tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa siksanya melebihi siksa tersebut, Karena kalu keluarga serta pengikutnya saja sudah demikian dahsyat hukuman yang menanti mereka, maka tentu lebih-lebih lagi Fir’aun itu, yang menjadi pemimpin mereka.
Kata yu’radhun terambil dari kata ‘aradha yang berarti “menampakan sesuatu kepada pihak lain baik dengan tujuan menyenangkan dan menarik perhatian, atau dengan maksud menakutkannya, maupun sekadar menampakkan atau membawanya kepada yang ditunjukkan kepadanya itu.”
Ayat diatas di jadikan dalil oleh banyak ulama tentang adanya alam Barzakh dan siksa di alam tersebut, atau dengan istilah lain siksa kubur. Anda baca di atas bahwa pada keluarga Fir’aun itu dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang hari. Tentu saja itu tidak terjadi ketika mereka berada pada permukaan bumi, tetapi setelah mereka terkubur dalam perut bumi, dan hidup pada satu alam yang berbeda dengan alam duniawi kita dewasa ini. Nah jika demikian, itu terjadi setelah mereka meninggalkan dunia. Yetapi karena lanjutan ayat ini menyatakan bahwa: “Dan pada hari terjadinya kiamat” diperintahkan kepada malaikat untuk memasukan mereka ke Neraka,”maka penampakan neraka kepada mereka—pagi dan petang itu—tentulah terjadi sebelum terjadinya kiamat, yakni sekarang ini didalam alam mereka, yang berbeda dengan alam Anda dan saya saat ini.
Dari satu sisi, ayat di atas menunjukan bahwa mereka hidup disatu alam yang berbeda dengan alam dunia ini. Disana pandangan mereka lebih tajam dari pndangan di dunia ini, karena mereka telah dapat melihat neraka. Di sisi lain, melihat neraka yang akan menjadi tempat mereka pastilah sangat mengerikan, dan ini berarti siksa yang luar biasa, sebelum mereka mendapat siksa yang lebih berat lagi, yakni benar-benar terjerumus ke dalam neraka.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa kehidupan di alam Barzakh itu, berlanjut sampai hari kiamat, dan dengan demikian informasi ayat ini bertemu dengan firman-Nya yang berbicara tentang Barzakh yang merupakan dinding pemisah antara dunia dan akhirrat ( baca kembali QS.al-Mu’minuun [23]: 99-100). “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”. (Bukankah ini ditujukan Allah Ta’ala untuk orang kafir? –red nchie)
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 12 Surah al-Mu’min (Ghafir) ayat 10 – 12) hal. 292 s/d 296, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
4. Ayat Keempat
Ayat ini lalu dikuatkan juga dengan ayat lainnya yang juga menyebutkan ada dua kali kematian, yaitu kematian dari hidup di dunia ini dan kematian setelah alam kubur.
Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan untuk keluar?" (QS. Al-Mu’min: 11)
Nchie:
Berikut penafsiran surah tersebut;
Allah berfirman:Sesungguhnya orang-orang yang kafir akan diseru oleh para malaikat pada hari kiamat: “Sesungguhnya kebencian Allah kepada kamu, yakni penghinaan dan siksa-Nya lebih besar daripada kebencian kamu terhadap diri kamu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena kamu berulang-ulang diseru oleh Rasul dan orang-orang beriman untuk beriman lalu kamu kafir menolak seruan itu.
Kini para pendurhaka menyadari dan menyesali kesalahan mereka. Mereka berkata mengakui kesalahan dengan harapan dapat diberi kesempatan sekali lagi bahwa: “Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali, dan telah menghidupkan kami dua kali pula, maka kini kami sadar bahwa memang engkau kuasa menghidupkan yang telah mati dan kini kami pun mengakui dosa-dosa kami antara lain dosa pengingkaran kami atas keniscayaan kiamat dan dampak-dampaknya. Maka adakah sesuatu jalan bagi kami untuk keluar dari neraka menuju kedunia untuk dapat kami beramal dan memperbaiki diri?” Ketika itu, mereka mendengar jawaban: “ Tidak! Yang demikian itu yakni siksa yang dijatuhkan kepada kamu Adalah karena jika diserukan Allah saja yang Maha Esa yang hendaknya kamu sembah, Kamu kafir, yakni menolak seruan itu. Dan, sebaliknya apabila Dia yakni Allah Swt. Dipersekutukan dengan sesuatu, kamu percaya,maka putusan sekarang ini adalah dipersekutukan dengan sesuatu, kamu percaya,maka putusan sekarang ini adalah hanya milik dan wewenang Allah Yang MAha Tinggi lagi Maha Besar.
Kata maqt di gunakan dalam arti kebencian yang luar biasa terhadap siapa yang melakukan kejahatan. Firman-Nya: maqtikum anufusakum serupa dengan ucapan “Dia memusuhi dirinya sendiri.” Yakni dia tidak memikirkan tindakannya dengan melakukan perbuatan yang mengakibatkan dia celaka, dan dengan demikian dia bagaikan memusihi dirinya sendiri. Apa yang di lakukan terhadap dirinya, serupa dengan perlakuan seseorang terhadap musuhnya. Hal tersebut karena di hari kiamattimbul penyesalan dalam hati pendurhaka. Mereka bahkan membenci dirinya sendiri yang telah menolak ajakan Rasul. Mereka membencinya karena ternyata penolakan dirinya itu telah mengakibatkan siksaan. Ada juga yang memahami kalimat maqtikum anfusakum dalam arti “ Kebencian kamu satu terhadap yang lain.” Ini karena di hari kemudian nanti orang-orang kfir saling benci-membenci, berbeda dengan orang mukmin yang hidup harmonis.
Ada juga yang memahami penggalan ayat di atas dalam arti: Sesungguhnya kebencian Allah kepada kamu sewaktu kamu hidup didunia ketika kamu di ajak beriman dan menolak – Kebencian Allah ketika itu – lebih besar daripada kebencian kamuterhadap diri kamu sekarang ini di akhirat, kebencian yang di akibatkan oleh penolakan kamu itu.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang kematian dua kali dan kehidupan dua kali yang di maksud ayat di atas. Ada yang berpendapat bahwa kematian pertama dalam kehidupan dunia dan kematin kedua di alam Barzakh. Sedang kehidupan dua kali adalah kehidupan di dunia dan kehidupan setelah di bangkitkan dari kubur. Ada juga yang memahami kematian pertama dalam perut ibu sebelum adanya Ruh, dan yang kedua adalah kematian yang dialami di pentas bumi. Sedang kehidupan pertama adalah setelah hembusan ruh, dan kehidupan kedua setelah kebangkitan dari kubur. Pendapat ini di anut juga oleh Ibn ‘Asyur. Bagaimana kehidupan di alam Barzakh? Ibn ‘Asyur menjawab kehidupan itu tidak disebut, boleh jadi karena kehidupan itu sangat singkat, sekadar untuk menjawab pertanyaan para malaikat, atau karena itu hanya kehidupan bagi sebagian jasad. Begitu antara lain jawabnya.
Thabathaba’I cenderung memahami kematian pertama adalah kematian dalam kehidupan ini, yang disusulkan dengan kehidupan di alam Barzakh, lalu terjadi lagi kematian di alam Barzakh dan itulah kematian kedua, yang disusul dengan kehidupan kedua yaitu kehidupan di hari kemudian. Thabathaba’I yang menguatkan pendapat ini mengemukakan bahwa kehidupan di pentas bumi tidak disebutkan, karena ayat ini berbicara tentang kehidupan dan kematian setelah kehidupan di dunia, bukan macam-macam kehidupan dan kematian yang telah dan akan dialami seseorang. Kaum musyrikin itu hanya menyebut kehidupan dan kematian setelah keberadaan mereka di dunia, karena hanya kedua macam itulah yang mengantar mereka percaya tentang keniscayaan kebangkitan. Adapun kehidupan duniawi, maka itu sama sekali tidak mereka jadikan bukti tentang keniscayaan kebangkitan.
Pendapat Thabathaba’I ini masih menimbulkan tanda Tanya, yaitu apakah benar seseorang yang hidup di alam Barzakh, masih akan mengalami kematian, lalu di bangkitkan lagi untuk kebangkitan di hari kemudian? Penulis tidak menemukan dalil tentang hal tersebut, Thabathaba’I pun tidak menguraikannya.
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 12 Surah al-Mu’min (Ghafir) ayat 10 – 12) hal. 292 s/d 296, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
Ternyata ayat ini tidak menjelaskan mengenai ”siksa kubur” seperti telah dikhususkannya ayat tersebut yang dijadikan acuan bagi kita, bahwa; ”inilah dalilnya tentang siksa kubur...!?”
B. Dalil Hadits Shahih
Selain ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem, hadits-hadits shahih pun secara jelas menyebutkan adanya azab qubur. Sehingga tidak mungkin bisa ditolak lagi kewajiban kita untuk meyakini keberadaan azab kubur itu, sebab bila sudah Al-Quran Al-Kariem dan hadits shahih yang menyatakannya, maka argumentasi apa lagi yang akan kita sampaikan?
1. Hadits Pertama
Dalam hadits yang pertama kami sampaikan tentang azab kubur ini, haditsnya masih amat kuat berhubungan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem. Yaitu firman Allah SWT dalam Al-Quran Al-Kariem:
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)
Sebuah lafaz dalam ayat di atas menyebutkan tentang ‘ucapan yang tegas’ yang dalam bahasa Al-Quran Al-Kariem disebut dengan ’al-qouluts-tsabit’ dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa itu adalah tentang pertolongan Allah SWT ketika seseorang menghadapi azab kuburnya.
Dari Al-Barra’ bin Azib dari Rasulullah SAW bahwa ketika seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, didatangilah oleh malaikat, kemudian dia bersyahadat tiada tuhan kecuali Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW, maka itulah makna bahwa Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh. (HR Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja’a Fi azabil Qabri hn. 1280)
Nchie :
Terus terang dari kitab Ringkasan Hadits Shahih Bukhari yang disusun oleh : Imam Az-Zabidi, penerbit Pustaka Amani Jakarta, dan penyusunannya pun disesuaikan dengan nomer urutan hadits-nya, ternyata di dalamnya tidak ada terdapat nomer hadits seperti disampaikan diatas (hadits nomer/hn. 1280). Karena menurut kitab yang aku pegang saat ini menunjukkan, setelah hn. 1277 dilanjutkan hn. 1278, lalu setelah itu nomernya lompat langsung kepada hn. 1281. Berarti hadits yang disampaikan di atas (hn. 1290) adalah maudu’ (BOHONG).
2. Hadits Kedua
Ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh beliau dan diriwayatkan dengan shahih dalam shahih Al-Bukhari.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam shalat, ”Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari azab kubur …(HR Bukhari kitab azan bab doa sebelum salam hn. 789)
Nchie :
Masya Allah Ustadz, masih dari kitab yang sama (shahih al-Bukhari), hadits nomer 789 itu memang ada. Namun yang tertulis di kitab yang ada di tanganku saat ini bukanlah seperti tersebut di atas, melainkan :
(hal. 214) Bab 22: Bertakbir ketika bangun dari sujud.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Ketika berdiri untuk memulai salat, RasuluLlah saw. bertakbir. Ketika ruku’ beliau juga bertakbir, dan ketika bangun dari ruku’ beliau membaca Sami’aLlaahu liman hamidahu (artinya: Allah menjawab orang yang memuji-Nya). Ketika berdiri setelah ruku’ beliau membaca Rabbanaa walakalhamdu (artinya: Ya Rabb kami! Segala puji hanya bagi-Mu).
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 789).
3. Hadits Ketiga
Dalam kitab shahihnya itu, Al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur.
Dari Aisyah ra bahwa seorang wanita yahudi mendatanginya dan bercerita tentang azab kubur dan berkata, ”Semoga Allah SWT melindungimu dari azab kubur”. Lalu Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keberadaan azab kubur itu. Rasulullah SAW menjawab, ”Ya, azab kubur itu ada”. Aisyah ra berkata, ”Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan shalat kecuali beliau berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur”. (HR Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja’a Fi azabil Qabri hn. 1283)
Nchie:
Yah begitu juga dengan hadits di atas, ternyata sangat berbeda bunyinya meski dengan nomer hadits yang sama (hn. 1283). Diatas dikatakan ”al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur” Sungguh ini merupakan kebohongan (maudu’). Karena menurut KITAB LEGAL yang ada di tanganku saat ini, untuk hn. 1283 adalah Bab 15: Ziarah Kubur...
Mengapa aku mengatakannya Kitab Legal...!? Sebab kitab tersebut di perjual-belikan secara sah dan isinya pun dilindungi undang-undang. Jadi tentu akan sangat bermasalah jika kitab ini di manipulasi atau ditambah-kurangkan dari isi aslinya oleh penerjemah.
(Judul asli: ”Mukhtshar Shahih Al-Bukhari” Al-Musamma ”At-Tajriid Ash-Shariih li Ahaadits Al-Jaami’ Ash-Shahih” Penyusun Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif Az-Zabidi. Penerbit: Daar As-Salam, Riyadh, Saudi Arabia. Ce. Pertama 1417 H./1996 M. Setebal 1070 halaman).
Dan berikut ini adalah Bab 15: Ziarah Kubur tersebut;
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. dia berkata: Suatu ketika Nabi saw. lewat di dekat seorang perempuan yang sedang menangis di sisi suatu kuburan, kemudian beliau bersabda kepada perempuan itu, ”Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!” Perempuan itu mengatakan, ”Menyingkirlah, karenakamu tidak mengalami musibah seperti yang saya alami”. Perempuan itu tidak tahu bahwa orang yang menyuruhnya bertakwa dan bersabar itu adalah Nabi saw. Setelah ia diberitahu bahwa orang tersebut adalah Nabi saw., ia segera mendatangi rumah Nabi saw., dia tidak menjumpai seorang penjaga pintu disana, lalu dia berkata kepada Nabi saw., ”Kemarin itu saya tidak mengenal Anfa”. Nabi saw. bersabda, ”Sesungguhnya kesabaran itu ketika seseorang mendapat hantaman musibah lalu seketika itu pula dia bersabar,”
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 1283).
Sungguh jelas sangat berbeda bukan...!?
4. Hadits Keempat
Dalam kitab shahihnya itu juga, Al-Bukhari membuat satu bab khusus tentang berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur.
Dari Musa bin ‘Uqbah berkata bahwa telah menceritakan kepada anak wanita Khalid bin Said bin Al-Ash ra bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur.(HR Bukhari kitab Janaiz Bab At-Ta’awwuz min azabil Qabri hn. 1287)
Nchie:
Hadits ini juga maudu’ (BOHONG), karena sudah dikeluarkan dari kumpulan hadits tersebut (tidak terdapatnya hn. 1287).
5. Hadits Kelima
Dari Aisyah ra bahwa beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apakah manusia diazab di dalam kubur, lalu Rasulullah SAW menjawab, ”Aku berlindung kepada Allah SWT dari hal itu (azab kubur). (HR Bukhari kitab jum’at bab berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur ketika gerhana hn. 991, 996)
Nchie:
Aku pikir pada argumentasi ke-5 ini aku menemukan hadits yang berkesesuaian. Wah, ternyata harapan aku itu keliru. Ternyata untuk hn. 991 juga tidak ada, tapiii untuk hn. 996 ternyata ada..!!! beginilah bunyinya:
Bab 2: Waktu salat Witr
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., dia berkata: Setiap malam RasuluLlah saw. melaksanakan salat Witr dan salat Witr tersebut berakhir sampai saat sahur/menjelang Subuh.
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 996.
AstagfiruLlah...ternyata dari ke-5 hadits yang di ajukan tersebut tidak ada satupun yang berkesesuaian. Apakah mungkin kitab Hadits yang aku gunakan berbeda dengan yang digunakan oleh Ust. Ahmad Sarwat Lc. kalau Nchie boleh tahu, hadits tersebut dikutip dari mana, sehingga sebagiannya dengan nomor yang sama, namun isi yang sangat jauh berbeda...???
Kesimpulan:
Umat Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga hari ini telah berijma’ (bersepakat) bahwa azab kubur itu adalah sesuatu yang pasti adanya. Sehingga mereka yang mengingkarinya hanya dua kemungkinannya. Pertama, mereka kurang dalam dan luas dalam mempelajari ayat dan hadits. Kedua, mereka tahu ada dalil dan nash yang shahih dan sharih tapi mengingkarinya. Lepas dari motivasinya masing-masing.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Nchie;
Satu hal penting lagi yang membuat diriku sangat ”menyayangkan” penjelasan Ust. Ahmad Sarwat tentang keyakinannya terhada ”SIKSA KUBUR”. Masya Allah ternyata beliau MEMASTIKAN pendapat dan argumentasinya itu sudah ”DI-PASTI-KAN...
Mohon maaf, lupakah ustadz akan peringatan Allah Ta’ala kepada Baginda RasuluLlah lewat firman-Nya berikut ini...!?
Allah Azza wa Jalla berfirman;
”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"[879]. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."
(QS. al-Kahfi : 23 – 24)
[879]. Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Untuk itu marilah kita bahas perbedaan ini, karena diluar dari perbedaan tentunya kita sudah sepakat bahwa Syari’at Islam telah sempurna, dan tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai agamamu." ( QS. Al-Maidah: 3) Dan Nabi Shallallahu 'Alahi wa Sallam tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan.
Pembahasan ini di mulai dari wajibnya kita beriman kepada yang Ghoib, ”(Orang- orang bertaqwa itu) yang beriman kepada yang ghoib dan mendirikan sholat serta menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka" (QS. Al Baqoroh: 3). Beriman adalah ungkapan keyakinan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Ghoib adalah segala sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra manusia. Beriman kepada yang ghoib menurut seorang ulama bernama Abul Aliyah, "Beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Rasul-rasul, surga dan perjumpaan dengan Allah SWT diakhirat serta hidup sesudah mati, semua itu ghoib." Diantara yang harus kita yakini terhadap hal-hal ghoib ini adalah;
Beriman kepada akan terjadinya hari kiamat ( lihat Q.S Al Qiyamah )
Beriman kepada hari Akhirat. Termasuk beriman kepada hari akhirat adalah ;
Beriman kepada kebangkitan sesudah mati ( lihat Q.S Al Anbiya: 104, dan Al Mukminun: 15 – 16 ). Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat tanpa alas kaki dan telanjang." ( H.R. Bukhori dan Muslim )
Beriman kepada perhitungan dan pembalasan sesuai dengan perbuatannya ( lihat Q.S Al Ghosiyah: 25-26, Al An’am: 160 dan Al Anbiya : 47).
Beriman kepada syurga dan neraka. Syurga sebagai tempat yang menyenangkan bagi orang-orang yang bertaqwa ( lihat Q.S.Al Bayyinah: 7-8 dan Al Ahzab:17 ). Sedangkan neraka sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang kafir dan dzalim yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak mentaati rasul-rasul-Nya ( lihat Q.S Al Imran:131, Al Kahfi:29 dan Al Ahzab:64-66 ).
Nah untuk perincian beberapa hal ghoib tersebut diatas, insyaAllah kita semua sependapat untuk mengimaninya. Karena memang dalil-dalilnya sangat jelas, dan berkesesuaian dengan al-Qur’an... Namun untuk beriman kepada yang berikut inilah yang perlu kita bahas kembali, yaitu :
”Termasuk beriman kepada hari kemudian adalah beriman kepada fitnah dan pertanyaan di kuburan ( H.R Bukhori dan Muslim ). Dan beriman terhadap adanya siksa kubur atau kenikmatan di dalamnya ( lihat Q.S Al An’am : 93 ).
Memang surah al-An’am ayat 93 inilah yang umumnya sering dijadikan acuan...
Agar pembahasan ini dapat akurat, dan bukan pula ”katanya Nchie”, maka marilah kita buka beberapa kitab tafsir yang akan menjelaskan tentang QS. Al-An’am ayat 93 tersebut.
Dari 3 buah kitab tafsir yang ditulis oleh (1) Sayyid Quthb (2) Buya Hamka (3) Quraish Shihab, ternyata ketiga-tiganya menjelaskan keterangan yang hampir bersamaan. Maka dengan dengan meluangkan sedikit waktu, aku ketikkan berikut ini salinan dari salah satunya...
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
”Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.” (QS. Al-An’am : 93).
Berikut ini adalah penafsiran dari surah al-An’am ayat 93 yang aku salin dari Tafsir al-Mishbah volume 4 Surah al-An’am hal. 200 s/d 202, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
”Ayat yang lalu menegaskan bahwa al-Qur’an bersumber dari Allah Swt; dengan demikian ia bukan buatan dari Nabi Muhammad Saw. Atau siapapun. Rupanya ketika itu atau di masa datang ada yang mengaku mendapatkan wahyu dalam rangkan meraih kedudukan atau mengalihkan orang dari tuntunan al-Qur’an. Terhadap mereka, Ayat di atas turun mengecam; Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah seperti halnya orang Yahudi dan kaum Musyrikin Mekah yang bukan saja menginkari Wahyu tetapi juga berbohong atas nama Allah, Atau Siapa juga yang lebih zalim daripada yang berkata: “Telah di wahyukan kepadaku” oleh Allah satu informasi Padahal sebenarnya dia berbohong karena tidak ada yang di wahyukan sesuatupun kepadanya, dan siapa pula yang lebih zalim daripada, yang berkata: “ Aku pasti akan menurunkan, yakni menyampaikan sesuatu yang amat tinggi nilainya sehingga menyampaikannya sama dengan menurunkannya seperti apa yang kaum muslimin percaya diturunkan oleh Allah,” yakni al-Qur’an. Siapa yang lebih zalim dari ketiga macam manusia itu? Pasti tidak ada, bahkan merekalah yang paling zalim, sehingga mereka semua wajar mendapat siksa. Dan sekiranya Engkau hai Nabi Muhammad dan siapapun di antara kamu melihat di waktu orang-orang zalim yang mencapai puncak kezaliamn berada dalam tekanaan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat membuka tangan mereka, yakni,menghadapi para pendurhaka yang bermaksud mempertahankan nyawanya ambil berkata: “Keluarkan lah nyawa kamu.” Sekiranya engkau hai Nabi Muhammad dan siapapun yang dapat melihatnya maka sungguh engkau akan melihat suatu pemandangan yang sangat dahsyat dan mengerikan. Tiada kata-kata yang engkau ketahui yang dapat melukiskannya. Selanjutnya para malaikat lebih jauh menjelaskan sebab siksaan itu dengan menyatakan bahwa, “PAda hari ini, yakni saat ini hingga waktu yang ditentukam Allah kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menyakitkan jasmani kamu dan menghinakan jiwa kamu, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan-perkataan yang tidak benar dan karena kamu telah menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” yakni enggan menerima bahkan melecehkannya.
Ada tiga macam kezaliman yang di sebut pada ayat ini, yaitu:
1. Membuat kedustaan terhadap Allah
2. Mengaku mendapat Wahyu.
3. Melakukan pelecehan terhadap wahyu dengan berkata akan membuat semacamnya.
Sebenarnya yang kedua dapat dimasukan dalam bagian yang pertama, tetapi guna mendapat perhatian yang lebih besar menyangkut hal yang kedua itu maka ia di sebut secara tegas dan jelas. Demikian pendapat mayoritas Musafir. Ada juga yang memahami makna membuat kedustaan terhadap Allah dalam arti mempersekutukan-Nya, tetapi sengaja tidak di tegaskan dengan redaksi tersebut karena tujuan ayat ini adalah mengajak kaum Musyrikin untuk bersikap objektif serat menghindari subjektivitas. Ini, agar emosi mereka tidak terpancing menolak ajakan di atas. Pendapat ini dapat didukung oleh penutupan ayat berikut dimana dipertanyakan kepada mereka kehadiran para sesembahan yang mereka jadikan sekutu-sekutu Allah. Apabila pendapat ini di terima, Maka kezaliman kedua berbeda dengan yang pertama, sekaligus yang kedua tidak dapat dipahami sebagai bagian yang pertama.
Di atas_sebagaimana dikemukakan- terbaca tiga macam kezaliman, tetapi hanya dua kali di sebut kata man/siapa, masing-masingpad kezaliman pertama dan ketiga, sedang kezaliman kedua tanpa menggunakan kata siapa. Bagi yang berpendapat bahwa kezaliman kedua termasuk bagian kezaliman pertama, maka ditiadakannya kata siapa pada yang kedua itu menjadi sangat wajar, sedang bagi yang membedakan kezaliman pertama dengan kedua, maka penyebutan hanya dua kali kata siapa itu disebabkan karena yang pertama dan kedua menyatu dalam jenis kezaliman terhadap Allah akibat keengganan tunduk kepada-Nya, sedang jenis kedua adalah kezaliman terhadap ayat-ayat Allah dalam bentuk keangkuhan dan pelecehan.
Firman-Nya mengutip ucapan sementara orang bahwa telah diwahyukan kepadaku dan seterusnya, dipahami oleh sementara ulama bahwa yang dimaksud adalah Musailamah al-Kadzdzab dan al-Aswad al-Ansi. Pendapat ini ditolak oleh sekian ulama dengan alasan bahwa surah ini turun sebelum Nabi Saw berhijrah ke Madinah, sedang kasus Musailamah al-Kadzdzab, dan al-Aswad al-Ansi, terjadi pada tahun ke sembilan hijrah jauh sesudah turunnya ayat ini. Karena itu ayat ini tidak harus dipahami sebagai menunjuk orang tertentu, tetapi siapa dan kapan pun. Hingga kini—di mana-mana—kita masih menemukan dan mendengar tentang orang-orang yang mendapat wahyu atau wangsit atau mangaku didatangi oleh malaikat Jibril menyampaikan informasi yang beraneka ragam.
Kata ghamarat yang dijelaskan di atas denagn arti sakarat al-maut, adalah bentuk jamak dari kata ghamrat. Ia terambil dari akar kata ghamara yang berarti meliputi/memenuhi sesuatu, atau menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya seperti halnya ombak yang menelan seseorang dan meliputi seluruh tubuhnya. Sekali ombak itu mengangkatnya ke atas atau menenggelamkannya ke bawah, dan dikali lain menhempaskannya ke kiri dan ke kanan. Ini mengandung makna kesungguhan dan ketiadaan ampun yang diberikan oleh para malaikat yang mencabut nyawa itu. Atau, keadaan para malaikat ketika mencabut roh pembangkang yang mempertahankan nyawanya bagaikan seseorang yang hendak menuntut dan mendesak seseorang yang berhutang sambil menghardik. Ini juga berarti ketidakberdayaan menolak maut dan siksaan yang sedang mereka hadapi.
Firman-Nya: keluarkanlah nyawa kamu, dipahami bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah di atas dapat di pahami sebagai gambaran dari keengganan seseorng untuk meninggal dunia. Ini menggambarkan betapa kasar dan kejam malaikat menghadapi mereka seakan-akan mereka berkata:”Keluarkanlah nyawa kamu dari siksa yang akan kamu hadapi.” Memang semua orang enggan mati, tetapi seorang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya akan melihat tempatnya kelak disurga. Nah, ketika itu jiwanya merasa tenang dan senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya. Sedang seorang Durhaka, diperlihatkan kepadanya—saat sakarat—tempat yang akan dihuninya di neraka, sehingga hatinya gusar, tidak ingin mati, nyawanya bagaikan enggan keluar karena melihat dan menyadari apa yang akan di alaminya itu.”
Nchie:
Sungguh jelas bukan bahwa arti maupun tafsir dari surah al-An’am ayat 93 ini, tidak terdapat sedikitpun pembahasan mengenai siksa kubur, melainkan masalah sakratul maut yang pasti akan menghapiri setiap manusia...!?
Sekarang, marilah kita saksikan apa yang ditulis oleh Ust. H. Ahmad Sarwat Lc. mengenai ”Siksa Kubur” yang menurut beliau memang ada, dan tidak ketinggalan ditampilkan pula dalil2 maupun hadits yang menurutnya shahih serta berkesesuaian.
Tulisan berikut ini berasal dari :
( http://www.eramuslim.com/ustadz/aqd/7109075440-benarkah-tidak-ada-azab-kubur.htm )
-----------------------------------------------------------------
Ustadz Menjawab : bersama Ust. H. Ahmad Sarwat, Lc.
Pertanyaan
Benarkah Tidak Ada Azab Kubur?
Sabtu, 26 Apr 08 07:30 WIB
Menurut buku yang saya baca berjudul tidak ada azab kubur, penulis meyakinkan bahwa Alquran tidak menyatakan itu kecuali hadis namun kualitas hadis tersebut lemah
1. Benarkah tidak ada azab kubur?
2. Ke manakah ruh dan naps pasca kematian?
3. Apakah alam kubur hanya masa penantian?
4. Kapan manfaat amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya bagi yang sudah wafat?
Ejun
Jawaban:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salah satu bentuk pemurtadan dan penghancuran Islam adalah dengan menanamkan keragu-raguan kepada hadits nabawi. Cara ini oleh musuh Islam dipandang sangat efektif, karena lumayan hemat tenaga, tetapi punya dampak kehancuran yang besar.
Contoh yang paling mudah adalah tentang ingkarnya sebagai umat Islam terhadap adanya siksa kubur. Alasannya, karena siksa kubur itu tidak disebutkan di dalam Al-Quran. Hanya disebutkan di dalam hadits, lalu hadits-hadits itu dituduh sebagai hadits yang lemah.
Padahal kedua argumentasi itu salah besar. Siapa bilang Al-Quran tidak bicara siksa kubur? Dan siapa bilang hadits tentang siksa kubur itu lemah?
Yang lemah bukan hadits tentang siksa kubur, tapi barangkali ilmu dan wawasan penulis buku itu sendiri. Sebab bagaimana mungkin ada orang yang mengaku beragama Islam, tetapi masih saja tidak paham dengan ayat Al-Quran? Atau masih tidak bisa membedakan mana hadits yang shahih dan mana yang tidak shahih? Apalagi sampai berani menulis buku, tapi sayangnya isinya tidak menggambarkan keluasan ilmu, kecuali hanya sekedar menjiplak habis pemikiran kufur materialis barat.
Dalil-dalil Siksa Kubur Adalah Dalil Yang Qath'i
Sebenarnya adanya azab kubur itu sesuatu yang sudah qath’i dan pasti sifatnya. Tidak perlu dipermasalahkan lagi Dalam banyak ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga tentunya hadits Rasulullah SAW, kita mendapatkan bahwa dalil yang jelas dan qath’i. Demikian juga Rasulullah SAW menyebut-nyebut azab kubur secara tegas, jelas dan terang.
Bagaimana mungkin kemudian mengingkarinya semata-mata mengambil pengertian kedua dari ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem?
A. Ayat-ayat Quran
1. Ayat Pertama
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang adanya azab kubur.
…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, , "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. Al-Anam: 93)
Nchie :
Untuk QS. Al-An’am : 93 ini alhamduliLlah tadi telah di jabarkan diatas.
2. Ayat Kedua
…Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar. (QS. At-Taubah: 101)
Nchie:
Berikut ini tafsir dari QS. At-Taubah : 101 tersebut...
Allah Ta’aka berfirman yang artinya :
” Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. At-Taubah: 101)
Yang pertama disebutkan adalah kelompok yang sangat tersembunyi niat mereka, bahkan orangnya ini dinyatakan dengan firman-Nya: Di antara orang-orang Badwi, penduduk gunung yang telah disinggung sebelum ini, dan yang bermukim di sekeliling kota dan pemukiman kaum di Madinah, ada orang-orang munafik yang mantap kemunafikannya: dan ada juga, bahkan yang lebih mantap dari mereka, yakni di antara penduduk Madinah. Mereka telah terbiasa sehingga sangat dalam, licik dan melampau batas dalam kemunafikan. Engkau pun, hai Nabi Muhammad saw. yang sungguh tinggi firasat, kecerdasan dan kemampuanmu, tidak mengetahui siapa mereka, karena keluarbiasaan mereka mengelabui orang lain, tetapi Kami saja yang mengetahui mereka sampai sedetail-detail sikap dan perilaku mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar di akhirat nanti.
Ayat ini menjadi dasar untuk tidak membenarkan siapa pun yang menyatakan dirinya mengetahui secara pasti isi hati seseorang, apalagi yang berkaitan dengan keimanan dan ketulusannya.
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 5 Surah at-Taubah ayat 101 hal. 701 s/d 702, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
Demikian juga dengan ayat ini tidak menjelaskan mengenai ”siksa kubur” seperti telah dikhususkannya ayat tersebut yang dijadikan acuan bagi kita, bahwa; ”inilah dalilnya tentang siksa kubur...!?”
Di ayat ini teramat jelas bahwa Allah SWT menyiksa orang zalim itu dua kali, yaitu pada alam kubur dalam kematiannya yaitu setelah nyawa dicabut hingga menjelang hari kiamat. Dan berikutnya adalah siksaan setelah hari kiamat yaitu di neraka.
3. Ayat Ketiga
Demikian juga yang Allah SWT lakukan kepada Fir’aun yang zalim, sombong dan menjadikan dirinya tuhan selain Allah SWT. Allah SWT mengazabnya dua kali, yaitu di alam kuburnya dan di akhirat nanti. Di alam kuburnya dengan dinampakkan kepadanya neraka pada pagi dan petang. Ini merupakan siksaan sebelum dia benar-benar dijebloskan ke dalamnya dan terjadinya pada alam kuburnya.
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat., "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras." (QS. Al-Mu’min: 46)
Nchie:
Nah menurut kitab Tafsir al-Mishbah berikut ini, Ust. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ”siksa kubur” itu memang ada. Sebelum aku menuliskannya di bawah ini, ada satu pertanyaan ”crusial” yang terus mengganjal dan itulah sesungguhnya jawaban yang belum ditemukan. Jika memang benar siksa kubur itu ada, mengapa ada ayat-ayat yang dijadikan dalil itu ternyata tidak berkesesuaian alias tidak konsisten...? Apalagi di bawah nanti silakan saudaraku saksikan berbagai argumentasi hadits yang disampailan oleh Ust. Ahmad Sarwat ini, yang sangat berbeda dari kenyataan isi hadits dari beberapa ”KITAB HADITS LEGAL” (bukan sekadar ”copas” dari internet) yang ada padaku...
Sekarang, marilah kita simak penjelasan Ust. Quraish Shihab melalui kitab Mishbahnya untuk QS. Al-Mu’min : 46.
Nasihat-nasihat yang disampaikan oleh sang Mukmin yang menyembunyikan keimanannya itu, tidak berkenaan di hati dan pikiran Fir’aun dan rezimnya. Mereka bermaksud buruk, tetapi karena sang Mukmin melakukan “tafwidh”, berserah diri sepenuhnya kepada Allah, maka Allah melindunginya dar tipu keburukan-keburukan daya dan maksud buruk mereka. Selanjutnya karena pada akhirnya: “Tidaklah menimpa makar jahat kecuali perencanaannya” (QS. Fathir[35]:43), maka para perencana itulah yang kena getahnya dan akibatnya ditimpalah dari seluruh penjuru keluarga dan rezim Fir’aun oleh siksa yang amat buruk.Yaitu api neraka di nampakkan kepada mereka dalam kuburnya yakni di alam Barzakh setiap pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat dikatakan kepada malaikat: “masukanlah keluarga Fir’aun ke dalam siksa neraka yang paling keras melebihi apa yang menimpa mereka selama ini di alam Barzakh/ Kubur.”
Al-Qur’an tidak menjelaskanbagaimana Allah melindungi dan menyelamatkan sang mukmin yang memberi nasihat itu. Dalam konteks ini banyak riwayat yang tidak dapat dipertanggung jawabkan nilai kesahihannya dan yang sebaiknya tidak perlu dikemukakan dalam kitab-kitab tafsir.
Kata haqal ditimpa menurut sementara ulama asalnya adalah haqqa dalam arti wajib dan pasti menjadi kenyataan, kemudian disisipin dengan huruf alif sehingga manjadi haqa.
Ayat di atas hanya menyebut keluarga Fir’aun, sedang Fir’aun sendiri tidak disebutkan bagaimana nasibnya. Ini bukanlah isyarat bahwa Fir’aun tidak akan disiksa atau bahwa pada akhir hidupnya dia beriman, tetapi hal itu untuk mengisyaratkan bahwa siksanya melebihi siksa tersebut, Karena kalu keluarga serta pengikutnya saja sudah demikian dahsyat hukuman yang menanti mereka, maka tentu lebih-lebih lagi Fir’aun itu, yang menjadi pemimpin mereka.
Kata yu’radhun terambil dari kata ‘aradha yang berarti “menampakan sesuatu kepada pihak lain baik dengan tujuan menyenangkan dan menarik perhatian, atau dengan maksud menakutkannya, maupun sekadar menampakkan atau membawanya kepada yang ditunjukkan kepadanya itu.”
Ayat diatas di jadikan dalil oleh banyak ulama tentang adanya alam Barzakh dan siksa di alam tersebut, atau dengan istilah lain siksa kubur. Anda baca di atas bahwa pada keluarga Fir’aun itu dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang hari. Tentu saja itu tidak terjadi ketika mereka berada pada permukaan bumi, tetapi setelah mereka terkubur dalam perut bumi, dan hidup pada satu alam yang berbeda dengan alam duniawi kita dewasa ini. Nah jika demikian, itu terjadi setelah mereka meninggalkan dunia. Yetapi karena lanjutan ayat ini menyatakan bahwa: “Dan pada hari terjadinya kiamat” diperintahkan kepada malaikat untuk memasukan mereka ke Neraka,”maka penampakan neraka kepada mereka—pagi dan petang itu—tentulah terjadi sebelum terjadinya kiamat, yakni sekarang ini didalam alam mereka, yang berbeda dengan alam Anda dan saya saat ini.
Dari satu sisi, ayat di atas menunjukan bahwa mereka hidup disatu alam yang berbeda dengan alam dunia ini. Disana pandangan mereka lebih tajam dari pndangan di dunia ini, karena mereka telah dapat melihat neraka. Di sisi lain, melihat neraka yang akan menjadi tempat mereka pastilah sangat mengerikan, dan ini berarti siksa yang luar biasa, sebelum mereka mendapat siksa yang lebih berat lagi, yakni benar-benar terjerumus ke dalam neraka.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa kehidupan di alam Barzakh itu, berlanjut sampai hari kiamat, dan dengan demikian informasi ayat ini bertemu dengan firman-Nya yang berbicara tentang Barzakh yang merupakan dinding pemisah antara dunia dan akhirrat ( baca kembali QS.al-Mu’minuun [23]: 99-100). “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”. (Bukankah ini ditujukan Allah Ta’ala untuk orang kafir? –red nchie)
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 12 Surah al-Mu’min (Ghafir) ayat 10 – 12) hal. 292 s/d 296, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
4. Ayat Keempat
Ayat ini lalu dikuatkan juga dengan ayat lainnya yang juga menyebutkan ada dua kali kematian, yaitu kematian dari hidup di dunia ini dan kematian setelah alam kubur.
Mereka menjawab, "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan untuk keluar?" (QS. Al-Mu’min: 11)
Nchie:
Berikut penafsiran surah tersebut;
Allah berfirman:Sesungguhnya orang-orang yang kafir akan diseru oleh para malaikat pada hari kiamat: “Sesungguhnya kebencian Allah kepada kamu, yakni penghinaan dan siksa-Nya lebih besar daripada kebencian kamu terhadap diri kamu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena kamu berulang-ulang diseru oleh Rasul dan orang-orang beriman untuk beriman lalu kamu kafir menolak seruan itu.
Kini para pendurhaka menyadari dan menyesali kesalahan mereka. Mereka berkata mengakui kesalahan dengan harapan dapat diberi kesempatan sekali lagi bahwa: “Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali, dan telah menghidupkan kami dua kali pula, maka kini kami sadar bahwa memang engkau kuasa menghidupkan yang telah mati dan kini kami pun mengakui dosa-dosa kami antara lain dosa pengingkaran kami atas keniscayaan kiamat dan dampak-dampaknya. Maka adakah sesuatu jalan bagi kami untuk keluar dari neraka menuju kedunia untuk dapat kami beramal dan memperbaiki diri?” Ketika itu, mereka mendengar jawaban: “ Tidak! Yang demikian itu yakni siksa yang dijatuhkan kepada kamu Adalah karena jika diserukan Allah saja yang Maha Esa yang hendaknya kamu sembah, Kamu kafir, yakni menolak seruan itu. Dan, sebaliknya apabila Dia yakni Allah Swt. Dipersekutukan dengan sesuatu, kamu percaya,maka putusan sekarang ini adalah dipersekutukan dengan sesuatu, kamu percaya,maka putusan sekarang ini adalah hanya milik dan wewenang Allah Yang MAha Tinggi lagi Maha Besar.
Kata maqt di gunakan dalam arti kebencian yang luar biasa terhadap siapa yang melakukan kejahatan. Firman-Nya: maqtikum anufusakum serupa dengan ucapan “Dia memusuhi dirinya sendiri.” Yakni dia tidak memikirkan tindakannya dengan melakukan perbuatan yang mengakibatkan dia celaka, dan dengan demikian dia bagaikan memusihi dirinya sendiri. Apa yang di lakukan terhadap dirinya, serupa dengan perlakuan seseorang terhadap musuhnya. Hal tersebut karena di hari kiamattimbul penyesalan dalam hati pendurhaka. Mereka bahkan membenci dirinya sendiri yang telah menolak ajakan Rasul. Mereka membencinya karena ternyata penolakan dirinya itu telah mengakibatkan siksaan. Ada juga yang memahami kalimat maqtikum anfusakum dalam arti “ Kebencian kamu satu terhadap yang lain.” Ini karena di hari kemudian nanti orang-orang kfir saling benci-membenci, berbeda dengan orang mukmin yang hidup harmonis.
Ada juga yang memahami penggalan ayat di atas dalam arti: Sesungguhnya kebencian Allah kepada kamu sewaktu kamu hidup didunia ketika kamu di ajak beriman dan menolak – Kebencian Allah ketika itu – lebih besar daripada kebencian kamuterhadap diri kamu sekarang ini di akhirat, kebencian yang di akibatkan oleh penolakan kamu itu.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang kematian dua kali dan kehidupan dua kali yang di maksud ayat di atas. Ada yang berpendapat bahwa kematian pertama dalam kehidupan dunia dan kematin kedua di alam Barzakh. Sedang kehidupan dua kali adalah kehidupan di dunia dan kehidupan setelah di bangkitkan dari kubur. Ada juga yang memahami kematian pertama dalam perut ibu sebelum adanya Ruh, dan yang kedua adalah kematian yang dialami di pentas bumi. Sedang kehidupan pertama adalah setelah hembusan ruh, dan kehidupan kedua setelah kebangkitan dari kubur. Pendapat ini di anut juga oleh Ibn ‘Asyur. Bagaimana kehidupan di alam Barzakh? Ibn ‘Asyur menjawab kehidupan itu tidak disebut, boleh jadi karena kehidupan itu sangat singkat, sekadar untuk menjawab pertanyaan para malaikat, atau karena itu hanya kehidupan bagi sebagian jasad. Begitu antara lain jawabnya.
Thabathaba’I cenderung memahami kematian pertama adalah kematian dalam kehidupan ini, yang disusulkan dengan kehidupan di alam Barzakh, lalu terjadi lagi kematian di alam Barzakh dan itulah kematian kedua, yang disusul dengan kehidupan kedua yaitu kehidupan di hari kemudian. Thabathaba’I yang menguatkan pendapat ini mengemukakan bahwa kehidupan di pentas bumi tidak disebutkan, karena ayat ini berbicara tentang kehidupan dan kematian setelah kehidupan di dunia, bukan macam-macam kehidupan dan kematian yang telah dan akan dialami seseorang. Kaum musyrikin itu hanya menyebut kehidupan dan kematian setelah keberadaan mereka di dunia, karena hanya kedua macam itulah yang mengantar mereka percaya tentang keniscayaan kebangkitan. Adapun kehidupan duniawi, maka itu sama sekali tidak mereka jadikan bukti tentang keniscayaan kebangkitan.
Pendapat Thabathaba’I ini masih menimbulkan tanda Tanya, yaitu apakah benar seseorang yang hidup di alam Barzakh, masih akan mengalami kematian, lalu di bangkitkan lagi untuk kebangkitan di hari kemudian? Penulis tidak menemukan dalil tentang hal tersebut, Thabathaba’I pun tidak menguraikannya.
Tafsir ini disarikan dari Tafsir al-Mishbah volume 12 Surah al-Mu’min (Ghafir) ayat 10 – 12) hal. 292 s/d 296, penulis M. Quraish Shihab, penerbit Lentera Hati.
Ternyata ayat ini tidak menjelaskan mengenai ”siksa kubur” seperti telah dikhususkannya ayat tersebut yang dijadikan acuan bagi kita, bahwa; ”inilah dalilnya tentang siksa kubur...!?”
B. Dalil Hadits Shahih
Selain ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem, hadits-hadits shahih pun secara jelas menyebutkan adanya azab qubur. Sehingga tidak mungkin bisa ditolak lagi kewajiban kita untuk meyakini keberadaan azab kubur itu, sebab bila sudah Al-Quran Al-Kariem dan hadits shahih yang menyatakannya, maka argumentasi apa lagi yang akan kita sampaikan?
1. Hadits Pertama
Dalam hadits yang pertama kami sampaikan tentang azab kubur ini, haditsnya masih amat kuat berhubungan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem. Yaitu firman Allah SWT dalam Al-Quran Al-Kariem:
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim: 27)
Sebuah lafaz dalam ayat di atas menyebutkan tentang ‘ucapan yang tegas’ yang dalam bahasa Al-Quran Al-Kariem disebut dengan ’al-qouluts-tsabit’ dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa itu adalah tentang pertolongan Allah SWT ketika seseorang menghadapi azab kuburnya.
Dari Al-Barra’ bin Azib dari Rasulullah SAW bahwa ketika seorang mukmin didudukkan di dalam kuburnya, didatangilah oleh malaikat, kemudian dia bersyahadat tiada tuhan kecuali Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW, maka itulah makna bahwa Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh. (HR Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja’a Fi azabil Qabri hn. 1280)
Nchie :
Terus terang dari kitab Ringkasan Hadits Shahih Bukhari yang disusun oleh : Imam Az-Zabidi, penerbit Pustaka Amani Jakarta, dan penyusunannya pun disesuaikan dengan nomer urutan hadits-nya, ternyata di dalamnya tidak ada terdapat nomer hadits seperti disampaikan diatas (hadits nomer/hn. 1280). Karena menurut kitab yang aku pegang saat ini menunjukkan, setelah hn. 1277 dilanjutkan hn. 1278, lalu setelah itu nomernya lompat langsung kepada hn. 1281. Berarti hadits yang disampaikan di atas (hn. 1290) adalah maudu’ (BOHONG).
2. Hadits Kedua
Ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh beliau dan diriwayatkan dengan shahih dalam shahih Al-Bukhari.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam shalat, ”Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari azab kubur …(HR Bukhari kitab azan bab doa sebelum salam hn. 789)
Nchie :
Masya Allah Ustadz, masih dari kitab yang sama (shahih al-Bukhari), hadits nomer 789 itu memang ada. Namun yang tertulis di kitab yang ada di tanganku saat ini bukanlah seperti tersebut di atas, melainkan :
(hal. 214) Bab 22: Bertakbir ketika bangun dari sujud.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Ketika berdiri untuk memulai salat, RasuluLlah saw. bertakbir. Ketika ruku’ beliau juga bertakbir, dan ketika bangun dari ruku’ beliau membaca Sami’aLlaahu liman hamidahu (artinya: Allah menjawab orang yang memuji-Nya). Ketika berdiri setelah ruku’ beliau membaca Rabbanaa walakalhamdu (artinya: Ya Rabb kami! Segala puji hanya bagi-Mu).
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 789).
3. Hadits Ketiga
Dalam kitab shahihnya itu, Al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur.
Dari Aisyah ra bahwa seorang wanita yahudi mendatanginya dan bercerita tentang azab kubur dan berkata, ”Semoga Allah SWT melindungimu dari azab kubur”. Lalu Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keberadaan azab kubur itu. Rasulullah SAW menjawab, ”Ya, azab kubur itu ada”. Aisyah ra berkata, ”Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan shalat kecuali beliau berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur”. (HR Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja’a Fi azabil Qabri hn. 1283)
Nchie:
Yah begitu juga dengan hadits di atas, ternyata sangat berbeda bunyinya meski dengan nomer hadits yang sama (hn. 1283). Diatas dikatakan ”al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur” Sungguh ini merupakan kebohongan (maudu’). Karena menurut KITAB LEGAL yang ada di tanganku saat ini, untuk hn. 1283 adalah Bab 15: Ziarah Kubur...
Mengapa aku mengatakannya Kitab Legal...!? Sebab kitab tersebut di perjual-belikan secara sah dan isinya pun dilindungi undang-undang. Jadi tentu akan sangat bermasalah jika kitab ini di manipulasi atau ditambah-kurangkan dari isi aslinya oleh penerjemah.
(Judul asli: ”Mukhtshar Shahih Al-Bukhari” Al-Musamma ”At-Tajriid Ash-Shariih li Ahaadits Al-Jaami’ Ash-Shahih” Penyusun Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Lathif Az-Zabidi. Penerbit: Daar As-Salam, Riyadh, Saudi Arabia. Ce. Pertama 1417 H./1996 M. Setebal 1070 halaman).
Dan berikut ini adalah Bab 15: Ziarah Kubur tersebut;
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. dia berkata: Suatu ketika Nabi saw. lewat di dekat seorang perempuan yang sedang menangis di sisi suatu kuburan, kemudian beliau bersabda kepada perempuan itu, ”Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah!” Perempuan itu mengatakan, ”Menyingkirlah, karenakamu tidak mengalami musibah seperti yang saya alami”. Perempuan itu tidak tahu bahwa orang yang menyuruhnya bertakwa dan bersabar itu adalah Nabi saw. Setelah ia diberitahu bahwa orang tersebut adalah Nabi saw., ia segera mendatangi rumah Nabi saw., dia tidak menjumpai seorang penjaga pintu disana, lalu dia berkata kepada Nabi saw., ”Kemarin itu saya tidak mengenal Anfa”. Nabi saw. bersabda, ”Sesungguhnya kesabaran itu ketika seseorang mendapat hantaman musibah lalu seketika itu pula dia bersabar,”
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 1283).
Sungguh jelas sangat berbeda bukan...!?
4. Hadits Keempat
Dalam kitab shahihnya itu juga, Al-Bukhari membuat satu bab khusus tentang berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur.
Dari Musa bin ‘Uqbah berkata bahwa telah menceritakan kepada anak wanita Khalid bin Said bin Al-Ash ra bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur.(HR Bukhari kitab Janaiz Bab At-Ta’awwuz min azabil Qabri hn. 1287)
Nchie:
Hadits ini juga maudu’ (BOHONG), karena sudah dikeluarkan dari kumpulan hadits tersebut (tidak terdapatnya hn. 1287).
5. Hadits Kelima
Dari Aisyah ra bahwa beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apakah manusia diazab di dalam kubur, lalu Rasulullah SAW menjawab, ”Aku berlindung kepada Allah SWT dari hal itu (azab kubur). (HR Bukhari kitab jum’at bab berlindung kepada Allah SWT dari azab kubur ketika gerhana hn. 991, 996)
Nchie:
Aku pikir pada argumentasi ke-5 ini aku menemukan hadits yang berkesesuaian. Wah, ternyata harapan aku itu keliru. Ternyata untuk hn. 991 juga tidak ada, tapiii untuk hn. 996 ternyata ada..!!! beginilah bunyinya:
Bab 2: Waktu salat Witr
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., dia berkata: Setiap malam RasuluLlah saw. melaksanakan salat Witr dan salat Witr tersebut berakhir sampai saat sahur/menjelang Subuh.
(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits nomer: 996.
AstagfiruLlah...ternyata dari ke-5 hadits yang di ajukan tersebut tidak ada satupun yang berkesesuaian. Apakah mungkin kitab Hadits yang aku gunakan berbeda dengan yang digunakan oleh Ust. Ahmad Sarwat Lc. kalau Nchie boleh tahu, hadits tersebut dikutip dari mana, sehingga sebagiannya dengan nomor yang sama, namun isi yang sangat jauh berbeda...???
Kesimpulan:
Umat Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga hari ini telah berijma’ (bersepakat) bahwa azab kubur itu adalah sesuatu yang pasti adanya. Sehingga mereka yang mengingkarinya hanya dua kemungkinannya. Pertama, mereka kurang dalam dan luas dalam mempelajari ayat dan hadits. Kedua, mereka tahu ada dalil dan nash yang shahih dan sharih tapi mengingkarinya. Lepas dari motivasinya masing-masing.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Nchie;
Satu hal penting lagi yang membuat diriku sangat ”menyayangkan” penjelasan Ust. Ahmad Sarwat tentang keyakinannya terhada ”SIKSA KUBUR”. Masya Allah ternyata beliau MEMASTIKAN pendapat dan argumentasinya itu sudah ”DI-PASTI-KAN...
Mohon maaf, lupakah ustadz akan peringatan Allah Ta’ala kepada Baginda RasuluLlah lewat firman-Nya berikut ini...!?
Allah Azza wa Jalla berfirman;
”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah"[879]. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."
(QS. al-Kahfi : 23 – 24)
[879]. Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Kematian dan alam barzakh
BismiLlahirrohmanirrohiim…
Assalamu’alaikum warrahmatuLlahi wabarrakatuh.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Ta’ala…
Berikut ini aku lanjutkan kembali pembahasan mengenai masalah “Siksa Kubur”, yaitu melalui beberapa pemaparan berikut ini.
InsyaAllah bermanfaat…
Kematian dan Alam Barzakh
Orang akan terbujur kaku, wajahnya menjadi pucat pasi, harta dan jabatannya tak berguna lagi, hanya keluarga yang menangisi, tetapi mereka tak dapat berbuat banyak untuknya.
Allah berfirman:
”Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).
(QS. Al-An’aam: 94)
Allah Yang Maha Suci telah membiarkan kamu untuk melakukan apa yang kamu kehendaki, tetapi dengan datangnya kematian, semuanya menjadi terhenti. Keperkasaan dan keindahan tubuh akan berubah menjadi tanah. Orang-orang zalim dan sombong, ketika di dunia tidak dapat melakukan apa-apa ketika ajal menjemputnya walaupun Allah bisa saja mengembalikan mayit itu hidup kembali.
Allah berfirman:
“…maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
(QS. Al-Waqi’ah: 86-87)
Rasulullah Saw. Menjelaskan tentang keberadaan mayit mukmin yang saleh, kafir dan ahli maksiat sebelum dimandikan.
Di riwayatkan dari Al-Barra’ bin ‘Azid r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, ”Orang beriman jika menghadapi kematian, malaikat turun kepadanya dengan wajah yang bersinar bagaikan sinar matahari dengan membawa kafan surga, mereka duduk dihadapannya hingga malaikat maut datang kemudian duduk di bagian kepala. Ia bertanya,’Hai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan rahmat Allah’, Maka ruh keluar dengan mudah dan dipegang oleh malaikat maut. Ketika malaikat maut telah mengambilnya, mereka segera meletakkan pada kain kafan yang telah disiapkan, ketika ruh keluar, bau harum semerbak memenuhi ruangan. Para malaikat itu terus melintas denagan membawa ruh tersebut hingga penghuni langit bertanya, ‘Ruh siapa yang baunya harum semerbak ini’ Mereka menjawab, ‘Ini ruh fulan bin fulan’, seraya menyebut nama yang paling indah, sebagaimana namanya di dunia. Mereka terus membawa ruh yang harus semerbak hingga ke langit dan semua penghuni langit sampai langit yang ketujuh maka Allah berfirman,’Tetapkan hamba-Ku itu dalam golongan orang-orang yang mulia di sisi Allah dan kembalikan ke bumi karena dari tanah Aku ciptakan, ke tanah pula akan di kembalikan dan dari tanah akan dikeluarkan kembali’. Beliau menuturkan ‘ Ruh itu di kembalikan pada jasad kemudian datang dua orang malaikat yang menanyakan, ‘Siapa Tuhan mu?’ Ia menjawab,’Allah Tuhanku.’ Kedua malaikat bertanya kembali,’Apa agamamu?’ Ia menjawab,’Islam agamaku.’ Mereka bertanya, Apa status laki-laki ini?’ Ia menjawab,’Ia utusan Allah.’Mereka bertanya,’ Apa yang di ajarkan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab al-Qur’an maka aku percaya dan membenarkan misi Dakwahnya.’ Terdengar suara panggilan,’ Ia membenarkan risalah kekasih-Ku, untuk itu berilah ia alas –--samak--- pakaian surga, lapangkan kuburnya sejauh ia memandang. Kemudian datang seorang laki-laki dengan bau harum dan berpakaian putih. Ia berkata,’bergembiralah dengan hari yang dijanjikan.’Orang itu bertanya,’Siapa kamu ini?’ ia menjawab,’Aku ini amal salehmu.’Mayit itu berkata, ‘Ya Tuhanku, datangkan kiamat agar aku dapat kembali pada keluargaku.’Sedangkan, orang kafir jika menghadapi kematian turunlah malaikat dari langit dengan wajah kusam. Mereka berdiri di hadapannya, kemudian malaikat maut datang dan duduk di kepala. Ia berkata ‘Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kemurkaan Allah.’ Beliau menuturkan jasad orang tersebut bergetar ketakutan maka malaikat maut mulai mengambil Ruh orang tersebut. Ketika malaikat maut mengambil Ruhnya maka dalam sekejap ruh itu telah ditempatkan pada kain yang kotor sehingga bau tidak sedap merebak ke seluruh bumi. Mereka membawa ruh tersebut. Jika mereka yang membawa ruh tersebut melintasi sekelompok malaikat, mereka bertanya, ‘Roh jahat siapa ini?’ Malaikat pembawa roh menjawab,’roh fulan bin fulan” dengan menyebut nama yang paling buruk di dunia. Roh tersebut di bawa hingga ke langit dunia, kemudian minta di bukakan, tetapi tidak mendapat izin. Kemudian, Rasulullah saw. Membacakan firman Allah,”…tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, (dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk kedalam lubang jarum)…” (QS Al-A’raf: 40) dan “… Barang siapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu di sambar burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh…” (QS Al-Hajj: 31). Ketiak roh telah dikembalikan dan malaikat datang kepadanya kemudian bertanya,’Siapa Tuhan mu?’ Ia menjawab, ‘Aku tidak tahu,’ Mereka bertanya, ‘Apa agamamu?’ mayit itu menjawab,’Aku tidak tahu,’ kedua malaikat itu kembali bertanya,’Apa tugas laki-laki bagi kamu?’Ia menjawab,’Saya tidak tahu.’ Maka terdengar seruan dari langit agar orang yang mendustakan hambau-Ku itu dijebloskan ke neraka. Bukakan satu pintu neraka supaya ia merasakan panas api neraka dan kuburannya pun menjadi sempit sehingga meremukkan tulang belulangnya. Kemudian datang seorang lelaki yang buruk rupa dan badannya berbau busuk yang amat menyengat hidung, orang itu bertanya’ Nikmatilah kejahatan yang kamu lakukan karena pada hari ini merupakan hari sial bagimu maka mayit itu bertanya, ‘Siapa kamu, wajah mu buruk dan datang dengan berita buruk pula.’ Ia menjawab ,’Aku ini amal jahatmu.’ Maka mayit tersebut berkata,’ Ya Tuhan, jangan Engkau datangkan Kiamat!” (HR Imam Ahmad)
Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Jika roh manusia beriman keluar dari raga maka dua malaikat datang untuk mengawal roh tersebut.”
Abu Hurairah menuturkan, “Jika orng beriman menghadapi kematian, Roh tersebut berbau harum semerbak sehingga para penghuni langit berkata, ‘Bau harum semerbak ini datang dari bumi. Semoga rahmat bagimu dan jasad yang kamu bawa.’ Malaikat yang membawa roh tersebut terus berjalan menhadap Allah. Kemudian Allah berfirman, ‘Pergilah bersamanya hingga kiamat datang.’ Jika orang kafir yang menghadapi kematian, roh tersebut berbau busuk yang menyengat hidung sehingga penghuni langit berkata,’ Bau busuk ini berasal dari bumi.’ Dikatakan pada bangkai busuk ini, ‘Rasakanlah siksaan hingga kiamat datang!’” Rasulullah saw. Menutup hidung kembali dengan kain tipis tersebut”. Beliau melakukan itu seolah-olah beliau mencium bau busuk tersebut agar kain itu dapat menahan bau yang tak sedap itu. (HR Imam Muslim dalam kitab Shahih).
Alam Barzakh
Para ulama berbeda pendapat tentang alam Barzakh. Hadist-hadist yang mengkaji masalah ini ada yang shahih, Hasan, dan Dhaif sehingga para penulis berbeda pendapat tentang masalah ini.
Banyak al-Qur’an yang membahas tentang surga dan nikmat yang diperoleh di dalamnya, yaitu surga itu penuh dengan berbagai kenikmatan sama dengan orang yang tinggal dalam istana yang megah dan mewah, semua serba ada: ada taman, sungai, bidadari, makanan, buah-buahan, pohon yang indah, burung-burung indah beterbangan, dan kenikmatan lain yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Di dalam surga orang beriman akan mendapatkan kemuliaan, pahala yang besar, dan kedudukan yang tinggi. Semua paparan nikmat surga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang beriman untuk banyak beramal saleh.
Meskipun demikian semua penjelasan tentang surga dan nikmat yang dijelaskan di atas masih jauh dari memadai karena hakikat surga masih misteri dan keberadaan surga di luar jangkauan akal manusia.
Allah berfirman:
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”
(QS. As-Sajdah: 17)
Allah berfirman dalam Hadist qudsi, ”Aku telah menyiapkan balasan bagi orang yang beriman dengan balasan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata karena tidak pernah dilihat oleh mata atau didengar, bahkan belum pernah terbersit dalam hati sebelumnya.” (HR Bukhairi, Muslim Turmudzi, Ibnu Majah, dan Nasa’i dalam kitab Al-Kubraa)
Jika keindahan, kenikmatan, dan apa yng disiapkan Allah bagi penghuni surga, apa gunanya ilmu Allah? Dalam Al-Qur’an Allah menyiapkan pahala yang besar dan mulia. Jika semua dapat dicerna akal, tentunya tidak menarik karena keindahan dan apa yang disiapkan Allah itu diluar jangkauan akal. Oleh karena itu, kita harus mempersiakan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan nikmat-nikamt tersebut.
Alam Barzakh termasuk alam yang tidak dapat di jangkau rasio kita, begitu juga alam surga, tetapi semuanya itu adalah anugerah Allah yang besar kepada manusia di muka bumi ini. Tubuh Zahir kita tidak sanggup untuk menghadapi masalah alam gaib karena fisik kita sendiri tidak dapat menembus apa yang dirahasiakan Allah, lain halnya jika Allah berkenan memperlihatkannya.
Kemampuan fisik yang kita miliki merupakan anugerah Allah, masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda, tidak ada satupun manusia yang sama persis kemampuan fisiknya. Meskipun manusia memiliki kemampuan, mereka tidak dapat melihat alam malaikat dan jin karena kemampuan panca-inderanya terbatas. Misalnya, manusia melihat listrik yang mencapai dua ribu watt, dia pasti kehilangan penglihatannya. Bagaimana pendapat Anda dengan orang yang mengaku dapat melihat malaikat, padahal sinar mereka mencapai jutaan kilowatt? Oleh karena itu, Allah mencpitakan di akhirat tidak sama dengan penciptaan kita di dunia, agar ia mampu menyaksikan alam gaib yang dirahasiakan Allah kepadanya sehingga kita tidak mampu melihatnya. Allah tidak memperlihatkan alam akhirat sebagai ujian bagi umat manusia.
Allah berfirman:
”Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
(Q Al-Waqi’ah: 61-62)
Dari ayat di atas dapat di ketahui, pada awalnya manusia tidak dapat menyaksikan alam akhirat termasuk alam Barzakh karena pada mata manusia terdapat penutup yang menghalangi pandangan matanya terhadap surga, neraka, dan hari kiamat. Ayat tersebut menjelaskan adanya penutup yang menghalangi pandangan kita terhadap alam akhirat. Ali bin Abi Thalib menjelaskan, “semua manusia di dunia ini tidur jika mereka mati, mereka terbangun”. Ucapan Ali tersebut menjelaskan bahwa kehidupan hakiki di awali kematian hingga waktu yang tak terbatas. Dunia dan isinya bagaikan mimpi yang berlalu, jalan sesaat, selama waktu Dhuha atau malam, dibanding ke-kekal-an hari akhirat yang di awali dengan kematian.
Allah berfirman:
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.”
(QS. An-Nazi’at: 46)
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari…”
(QS. Yunus: 45).
Rasulullah saw. Juga memberikan perumpamaan terhadap kehidupan dunia, bagaikan seseorang yang berteduh, kemudian berlalu.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwa rasulullah saw. Bersabda, ”Aku hidup di dunia ini bagaikan musafir yang berteduh di bawah pohon kemudian berlalu.”
(HR Ahmad Turmudzi, dan Ibnu Majah).
Saudaraku rahiimakumuLlah...
AlhamduliLlah tulisan ini di sari dari rangkaian 10 kitab;
”ENSIKLOPEDIA AKHIRAT”
Kitab 3 Al-Maut wa ’Alam-Barzakh (Misteri Kematian dan Allam Barzakh) – Mahir Ahmad Ash-Shufiy.
Penerbit ”Tiga Serangkai”.
Diterbitkan atas lisensi dari Penerbit Al-Maktabah Al-’Ashiriyah, Beirut, Lebanon.
©Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All Rights Reserved
Jl. Dr. Supomo 23 Solo 57141. Telp. (0271) 714344.
http://www.tigaserangkai.co.id
email: tspm@tigaserangkai.co.id
Nah jika saudaraku masih belum puas dengan penjabaran tersebut di atas, bahwa ”Siksa Kubur” bagi kaum muslim lagi mu’min itu ”tidak ada”, maka insyaAllah aku akan menyambungnya lagi dengan penjelasan selanjutnya dengan judul ”BAGAIMANA BENTUK SIKSA DI ALAM BARZAKH..?”
Meskipun demikian, aku tetap mengembalikan kepercayaan terhadap hal tersebut kepada keimanan kita masing-masing...WaLlahu’alam bis shawab.
JazakumuLlah khairan katsiiro.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Nchie
Assalamu’alaikum warrahmatuLlahi wabarrakatuh.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Ta’ala…
Berikut ini aku lanjutkan kembali pembahasan mengenai masalah “Siksa Kubur”, yaitu melalui beberapa pemaparan berikut ini.
InsyaAllah bermanfaat…
Kematian dan Alam Barzakh
Orang akan terbujur kaku, wajahnya menjadi pucat pasi, harta dan jabatannya tak berguna lagi, hanya keluarga yang menangisi, tetapi mereka tak dapat berbuat banyak untuknya.
Allah berfirman:
”Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa'at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).
(QS. Al-An’aam: 94)
Allah Yang Maha Suci telah membiarkan kamu untuk melakukan apa yang kamu kehendaki, tetapi dengan datangnya kematian, semuanya menjadi terhenti. Keperkasaan dan keindahan tubuh akan berubah menjadi tanah. Orang-orang zalim dan sombong, ketika di dunia tidak dapat melakukan apa-apa ketika ajal menjemputnya walaupun Allah bisa saja mengembalikan mayit itu hidup kembali.
Allah berfirman:
“…maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
(QS. Al-Waqi’ah: 86-87)
Rasulullah Saw. Menjelaskan tentang keberadaan mayit mukmin yang saleh, kafir dan ahli maksiat sebelum dimandikan.
Di riwayatkan dari Al-Barra’ bin ‘Azid r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, ”Orang beriman jika menghadapi kematian, malaikat turun kepadanya dengan wajah yang bersinar bagaikan sinar matahari dengan membawa kafan surga, mereka duduk dihadapannya hingga malaikat maut datang kemudian duduk di bagian kepala. Ia bertanya,’Hai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan rahmat Allah’, Maka ruh keluar dengan mudah dan dipegang oleh malaikat maut. Ketika malaikat maut telah mengambilnya, mereka segera meletakkan pada kain kafan yang telah disiapkan, ketika ruh keluar, bau harum semerbak memenuhi ruangan. Para malaikat itu terus melintas denagan membawa ruh tersebut hingga penghuni langit bertanya, ‘Ruh siapa yang baunya harum semerbak ini’ Mereka menjawab, ‘Ini ruh fulan bin fulan’, seraya menyebut nama yang paling indah, sebagaimana namanya di dunia. Mereka terus membawa ruh yang harus semerbak hingga ke langit dan semua penghuni langit sampai langit yang ketujuh maka Allah berfirman,’Tetapkan hamba-Ku itu dalam golongan orang-orang yang mulia di sisi Allah dan kembalikan ke bumi karena dari tanah Aku ciptakan, ke tanah pula akan di kembalikan dan dari tanah akan dikeluarkan kembali’. Beliau menuturkan ‘ Ruh itu di kembalikan pada jasad kemudian datang dua orang malaikat yang menanyakan, ‘Siapa Tuhan mu?’ Ia menjawab,’Allah Tuhanku.’ Kedua malaikat bertanya kembali,’Apa agamamu?’ Ia menjawab,’Islam agamaku.’ Mereka bertanya, Apa status laki-laki ini?’ Ia menjawab,’Ia utusan Allah.’Mereka bertanya,’ Apa yang di ajarkan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab al-Qur’an maka aku percaya dan membenarkan misi Dakwahnya.’ Terdengar suara panggilan,’ Ia membenarkan risalah kekasih-Ku, untuk itu berilah ia alas –--samak--- pakaian surga, lapangkan kuburnya sejauh ia memandang. Kemudian datang seorang laki-laki dengan bau harum dan berpakaian putih. Ia berkata,’bergembiralah dengan hari yang dijanjikan.’Orang itu bertanya,’Siapa kamu ini?’ ia menjawab,’Aku ini amal salehmu.’Mayit itu berkata, ‘Ya Tuhanku, datangkan kiamat agar aku dapat kembali pada keluargaku.’Sedangkan, orang kafir jika menghadapi kematian turunlah malaikat dari langit dengan wajah kusam. Mereka berdiri di hadapannya, kemudian malaikat maut datang dan duduk di kepala. Ia berkata ‘Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju kemurkaan Allah.’ Beliau menuturkan jasad orang tersebut bergetar ketakutan maka malaikat maut mulai mengambil Ruh orang tersebut. Ketika malaikat maut mengambil Ruhnya maka dalam sekejap ruh itu telah ditempatkan pada kain yang kotor sehingga bau tidak sedap merebak ke seluruh bumi. Mereka membawa ruh tersebut. Jika mereka yang membawa ruh tersebut melintasi sekelompok malaikat, mereka bertanya, ‘Roh jahat siapa ini?’ Malaikat pembawa roh menjawab,’roh fulan bin fulan” dengan menyebut nama yang paling buruk di dunia. Roh tersebut di bawa hingga ke langit dunia, kemudian minta di bukakan, tetapi tidak mendapat izin. Kemudian, Rasulullah saw. Membacakan firman Allah,”…tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, (dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk kedalam lubang jarum)…” (QS Al-A’raf: 40) dan “… Barang siapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu di sambar burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh…” (QS Al-Hajj: 31). Ketiak roh telah dikembalikan dan malaikat datang kepadanya kemudian bertanya,’Siapa Tuhan mu?’ Ia menjawab, ‘Aku tidak tahu,’ Mereka bertanya, ‘Apa agamamu?’ mayit itu menjawab,’Aku tidak tahu,’ kedua malaikat itu kembali bertanya,’Apa tugas laki-laki bagi kamu?’Ia menjawab,’Saya tidak tahu.’ Maka terdengar seruan dari langit agar orang yang mendustakan hambau-Ku itu dijebloskan ke neraka. Bukakan satu pintu neraka supaya ia merasakan panas api neraka dan kuburannya pun menjadi sempit sehingga meremukkan tulang belulangnya. Kemudian datang seorang lelaki yang buruk rupa dan badannya berbau busuk yang amat menyengat hidung, orang itu bertanya’ Nikmatilah kejahatan yang kamu lakukan karena pada hari ini merupakan hari sial bagimu maka mayit itu bertanya, ‘Siapa kamu, wajah mu buruk dan datang dengan berita buruk pula.’ Ia menjawab ,’Aku ini amal jahatmu.’ Maka mayit tersebut berkata,’ Ya Tuhan, jangan Engkau datangkan Kiamat!” (HR Imam Ahmad)
Di riwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Jika roh manusia beriman keluar dari raga maka dua malaikat datang untuk mengawal roh tersebut.”
Abu Hurairah menuturkan, “Jika orng beriman menghadapi kematian, Roh tersebut berbau harum semerbak sehingga para penghuni langit berkata, ‘Bau harum semerbak ini datang dari bumi. Semoga rahmat bagimu dan jasad yang kamu bawa.’ Malaikat yang membawa roh tersebut terus berjalan menhadap Allah. Kemudian Allah berfirman, ‘Pergilah bersamanya hingga kiamat datang.’ Jika orang kafir yang menghadapi kematian, roh tersebut berbau busuk yang menyengat hidung sehingga penghuni langit berkata,’ Bau busuk ini berasal dari bumi.’ Dikatakan pada bangkai busuk ini, ‘Rasakanlah siksaan hingga kiamat datang!’” Rasulullah saw. Menutup hidung kembali dengan kain tipis tersebut”. Beliau melakukan itu seolah-olah beliau mencium bau busuk tersebut agar kain itu dapat menahan bau yang tak sedap itu. (HR Imam Muslim dalam kitab Shahih).
Alam Barzakh
Para ulama berbeda pendapat tentang alam Barzakh. Hadist-hadist yang mengkaji masalah ini ada yang shahih, Hasan, dan Dhaif sehingga para penulis berbeda pendapat tentang masalah ini.
Banyak al-Qur’an yang membahas tentang surga dan nikmat yang diperoleh di dalamnya, yaitu surga itu penuh dengan berbagai kenikmatan sama dengan orang yang tinggal dalam istana yang megah dan mewah, semua serba ada: ada taman, sungai, bidadari, makanan, buah-buahan, pohon yang indah, burung-burung indah beterbangan, dan kenikmatan lain yang dijanjikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Di dalam surga orang beriman akan mendapatkan kemuliaan, pahala yang besar, dan kedudukan yang tinggi. Semua paparan nikmat surga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang beriman untuk banyak beramal saleh.
Meskipun demikian semua penjelasan tentang surga dan nikmat yang dijelaskan di atas masih jauh dari memadai karena hakikat surga masih misteri dan keberadaan surga di luar jangkauan akal manusia.
Allah berfirman:
“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.”
(QS. As-Sajdah: 17)
Allah berfirman dalam Hadist qudsi, ”Aku telah menyiapkan balasan bagi orang yang beriman dengan balasan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata karena tidak pernah dilihat oleh mata atau didengar, bahkan belum pernah terbersit dalam hati sebelumnya.” (HR Bukhairi, Muslim Turmudzi, Ibnu Majah, dan Nasa’i dalam kitab Al-Kubraa)
Jika keindahan, kenikmatan, dan apa yng disiapkan Allah bagi penghuni surga, apa gunanya ilmu Allah? Dalam Al-Qur’an Allah menyiapkan pahala yang besar dan mulia. Jika semua dapat dicerna akal, tentunya tidak menarik karena keindahan dan apa yang disiapkan Allah itu diluar jangkauan akal. Oleh karena itu, kita harus mempersiakan bekal yang sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan nikmat-nikamt tersebut.
Alam Barzakh termasuk alam yang tidak dapat di jangkau rasio kita, begitu juga alam surga, tetapi semuanya itu adalah anugerah Allah yang besar kepada manusia di muka bumi ini. Tubuh Zahir kita tidak sanggup untuk menghadapi masalah alam gaib karena fisik kita sendiri tidak dapat menembus apa yang dirahasiakan Allah, lain halnya jika Allah berkenan memperlihatkannya.
Kemampuan fisik yang kita miliki merupakan anugerah Allah, masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda, tidak ada satupun manusia yang sama persis kemampuan fisiknya. Meskipun manusia memiliki kemampuan, mereka tidak dapat melihat alam malaikat dan jin karena kemampuan panca-inderanya terbatas. Misalnya, manusia melihat listrik yang mencapai dua ribu watt, dia pasti kehilangan penglihatannya. Bagaimana pendapat Anda dengan orang yang mengaku dapat melihat malaikat, padahal sinar mereka mencapai jutaan kilowatt? Oleh karena itu, Allah mencpitakan di akhirat tidak sama dengan penciptaan kita di dunia, agar ia mampu menyaksikan alam gaib yang dirahasiakan Allah kepadanya sehingga kita tidak mampu melihatnya. Allah tidak memperlihatkan alam akhirat sebagai ujian bagi umat manusia.
Allah berfirman:
”Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
(Q Al-Waqi’ah: 61-62)
Dari ayat di atas dapat di ketahui, pada awalnya manusia tidak dapat menyaksikan alam akhirat termasuk alam Barzakh karena pada mata manusia terdapat penutup yang menghalangi pandangan matanya terhadap surga, neraka, dan hari kiamat. Ayat tersebut menjelaskan adanya penutup yang menghalangi pandangan kita terhadap alam akhirat. Ali bin Abi Thalib menjelaskan, “semua manusia di dunia ini tidur jika mereka mati, mereka terbangun”. Ucapan Ali tersebut menjelaskan bahwa kehidupan hakiki di awali kematian hingga waktu yang tak terbatas. Dunia dan isinya bagaikan mimpi yang berlalu, jalan sesaat, selama waktu Dhuha atau malam, dibanding ke-kekal-an hari akhirat yang di awali dengan kematian.
Allah berfirman:
“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.”
(QS. An-Nazi’at: 46)
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari…”
(QS. Yunus: 45).
Rasulullah saw. Juga memberikan perumpamaan terhadap kehidupan dunia, bagaikan seseorang yang berteduh, kemudian berlalu.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwa rasulullah saw. Bersabda, ”Aku hidup di dunia ini bagaikan musafir yang berteduh di bawah pohon kemudian berlalu.”
(HR Ahmad Turmudzi, dan Ibnu Majah).
Saudaraku rahiimakumuLlah...
AlhamduliLlah tulisan ini di sari dari rangkaian 10 kitab;
”ENSIKLOPEDIA AKHIRAT”
Kitab 3 Al-Maut wa ’Alam-Barzakh (Misteri Kematian dan Allam Barzakh) – Mahir Ahmad Ash-Shufiy.
Penerbit ”Tiga Serangkai”.
Diterbitkan atas lisensi dari Penerbit Al-Maktabah Al-’Ashiriyah, Beirut, Lebanon.
©Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All Rights Reserved
Jl. Dr. Supomo 23 Solo 57141. Telp. (0271) 714344.
http://www.tigaserangkai.co.id
email: tspm@tigaserangkai.co.id
Nah jika saudaraku masih belum puas dengan penjabaran tersebut di atas, bahwa ”Siksa Kubur” bagi kaum muslim lagi mu’min itu ”tidak ada”, maka insyaAllah aku akan menyambungnya lagi dengan penjelasan selanjutnya dengan judul ”BAGAIMANA BENTUK SIKSA DI ALAM BARZAKH..?”
Meskipun demikian, aku tetap mengembalikan kepercayaan terhadap hal tersebut kepada keimanan kita masing-masing...WaLlahu’alam bis shawab.
JazakumuLlah khairan katsiiro.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Nchie
Bagaimana bentuk siksa di alam barzakh
BismiLlahirrohmanirrohiim…
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga melalui berbagai dalil serta penjelasan di bawah ini, semakin jelaslah bahwa ”Siksa Kubur” itu memang merupakan Rahasia dari Allah Ta’ala, yang tidak pernah disampaikan-Nya secara nyata. (seperti yang pernah disampaikan oleh banyak pendapat dengan berbagai perinciannya, bahkan mereka berani pula memastikannya..!?)
Masya Allah...lupakah kita bahwa seorang Baginda RasuluLlah saw. saja langsung di tegur oleh Allah Ta’ala lantaran memastikan sesuatu...!?
Allah Ta’ala berfirman;
”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."
(QS. al-Kahfi : 23 – 24)
Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Maka...masih adakah yang punya keberanian untuk memastikannya lagi...???
Selamat menyimak penjelasan berikut ini, semoga dengan ridho dari Allah Ta’ala tulisan inipun dapat bermanfaat, insyaAllah...
Bagaimana Bentuk siksa Di Alam Barzakh
Alam Barzakh hanya di ketahui berdasarkan Al-Qur’an dan hadist tidak dengan argumentasi yang lain. Ada dan tiadanya siksa kubur bergantung pada penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadist. Ilmu kita tak dapat menembus alam tersebut. Sejak kematian hingga kiamat tiba, adanya surga dan neraka merupakan ilmu Allah SWT karena pengetahuan tersebut bersifat misteri. Allah SWT menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan bagaimana bentuknya, karena hanya Allah SWT yang berhak menjelaskan keberadaan alam itu.
Allah berfirman:
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia .Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?”
(QS. Yunus: 15-16)
Dari dua ayat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa yang berhak menjelaskan tentang alam akhirat hanya Allah karena tidak seorang pun yang mengetahui alam akhirat. Meskipun ilmu manusia mencapai tingkat tertinggi, jangkauan tetap terbatas dan alam akhirat di luar jangkauan akal manusia. Roh sebagai sebab adanya kehidupan dan kematian, sampai saat ini belum ada ilmuwan yang mengetahui tentang hakikat roh, hanya Allah yang mengetahui.
Allah berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS. Al-Isra’: 85)
Ayat di atas menjelaskan bahawa ilmu tentang roh hanya Allah yang mengetahui. Meskipun ilmu manusia mengalami kemajuan pesat, tidak ada dapat mengerti tentang hakikat kematian dan kehidupan karena ilmu tentang hakikat roh hanya Allah yang mengetahuinya.
Untuk itu kita harus menyiapkan segalanya guna menghadapi alam tersebut. Alam kematian tidak mungkin di hindari karena alam itu pasti adanya. Kita hanya mengetahui sedikit tentang alam tersebut melalui Al-Qur’an dan hadist. Setiap pendapat, ucapan, atau dugaan yang tidak berdasar Al-Qur’an dan hadist Nabi saw., tidak boleh di amalkan karena pendapat itu pasti salah.
Para ulama berbeda pendapat tentang bentuk siksaan, padahal mereka sepakat bahwa siksa atau azab pasti adanya. Pertanyaannya: apakah siksaan itu hanya di alami oleh jasad mayit atau juga menimpa jiwa dan rohnya?
Sebagian orang yang meragukan adanya siksa kubur berpendapat, “Jika kita menggali kembali kubur orang kafir atau orang maksiat – setelah beberapa hari di kuburkan – kita tidak melihat adanya bekas siksaan atau pukulan pada tubuh si mayit. Dimana tanda-tanda penyiksaan itu diketahui?” Rasulullah saw. Bersabda, “Jika kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur sebagaimana yang aku dengar.” (HR Imam Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
Jika siksa kubur sama dengan apa yang kita gambarkan, misteri alam gaib menjadi hilang dan tidak ada lagi ujian atau cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita.
Allah berfirman:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
(QS. Al-Mulk: 2)
Ujian pertama yang diberikan Allah ialah ujian keimanan, iman kepada alam gaib.
Allah berfirman:
1. Alif laam miin
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama dari surat al-Baqarah (S. 2: 2,3,4,5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Kaum Mukminin, dan dua ayat berikutnya (S. 2: 6,7) tentang kaum kafirin yang menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup - diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman -; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (S.2: 8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.
(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
(QS.Al-Baqarah: 1-3)
Keimanan pada yang gaib merupakan syarat untuk keimanan yang benar, keimanan yang tidak memiliki unsur keraguan bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Dia menjadikan tanda-tanda keberadaan-Nya dengan menciptakan bintang-gemintang, matahari, bumi, laut, gunung, dan bukit.
Di antara makhluk Allah ada yang bersifat gaib-diluar jangkauan akal kita- seperti malaikat dan jin. Allah menciptakan mereka sebagai sesuatu yang gaib, padahal para malaikat itu sebagai pasukan Allah SWT, sebagaimana
Firman Allah:
“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.”
(QS. Al-Muddatstsir: 31)
Kita tidak mengetahui di mana mereka, tetapi sebenarnya mereka berada di sekitar kita, sebagaiman firman Allah SWT:
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 17-18)
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Rasulullah saw. Bersabda,”Setiap satu jengkal di langit terdapat malaikat yang sujud”.
Diriwayatkan dari Anas r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “…Demi Dzat yang diriku berda di tangan-Nya, tidak ada satu jengkal pun di langit kecuali terdapat malaikat yang bersujud untuk menyucikan dan memuji Allah.” (HR Ibnu Mardawaih, dan As-Suyuthi dalam Al-Jami’ As-Shaghiir). Anas mengatakan bahwa hadist ini shahih dan Imam Turmudzi meriwayatkannya dengan riwayat yang berbeda.
Lalu, di mana jin yang hidup di tengah-tengah kita? Banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang jin, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat Al-Jin.
Allah berfirman:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al-A’raf: 27)
Dari ayat di atas banyak sekali hal gaib. Allah tidak menghendaki manusia menyaksikan masalah tersebut, melainkan Dia mengharapkan mereka beriman melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Dengan demikian, apa maksud penundaan masalah tersebut? Bagaimana bentuk siksa dialam Barzakh yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadist?
Siksa adalah satu hal yang pasti terjadi. Tetapi bagaimana bentuk siksaan itu tidak di jelaskan. Siksa yang mengenai raga dan jiwa, bukan sekadar penyiksaan pada organ tubuh karena organ tubuh akan hancur. Siksaan terhadap jiwa jauh lebih berat dibandingkan dengan siksaan fisik. Siksaan terhadap jiwa adalah merupakan siksaan yang Allah perlihatkan kepada manusia. Pagi dan petang, sama dengan nikmat-nikmat yang dialami manusia beriman di alam Barzakh. Siksaan jiwa jauh lebih berat rasanya di banding siksaan tubuh karena jika Allah hanya menyiksa tubuh, siksaan itu bersifat sementara, tidak abadi.
Siksaan yang disebutkan dalil-dalil di atas ialah siksaan terhadap jiwa dan roh, tetapi tidak berarti jasad tidak mengalami siksaan, melainkan tubuh ikut merasakan siklsaan yang di alami jiwa dan roh. Demikian pernyataan para ulama tentang siksa meskipun kita melihat tidak terdapat bekas siksaan itu ketika kita menggali kubur.
Ada beberapa masalah yan perlu diperhatikan:
1. Jasad manusia ketika ditingalkan rohnya tidak ada artinya, sama dengan onggokan sampah yang akan punah, tetapi pada hari kiamat nanti manusia akan di hidupkan kembali, tentu dengan jiwa dan rohnya.
Allah berfirman:
“Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?”
(QS.Al-Waqi’ah: 61-62)
2.Jasad manusia akan hancur, sedangkan dosa akan menjadi beban baginya hingga tiba hari kiamat.
3.Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap manusia akan hancur menjadi tanah, kecuali dosa yang dilakukan akan terus menjadi beban” (HR Imam Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i)
4.Jasad yang di tinggalkan roh tidak merasakan sakit meskipun dia di gergaji menjadi beberapa bagian. Artinya, roh harus dikembalikan kepada jasad agar jasad merasakan siksa alam Barzakh atau kubur. Jika roh tidak di kembalikan kepada jasad ketika kedua malaikat bertanya kepadanya, ini berarti jasad akan terbujur kaku dalam kubur dan tidak merasakan siksaan.
5.Siksaan yang menimpa jiwa jauh lebih sakit daripada siksaan yang menimpa tubuh. Dalam kehidupan di dunia kita merasakan beratnya sakit jiwa, sakit yang tidak akan kuat ditanggung oleh raga. Ada seorang tahanan penjara yang akan di eksekusi mati, ia banyak mengalami siksaan batin yang sangat menyakitkan. Selama satu bulan raganya sehat, tetapi bathinnnya sangat menderita menunggu waktu eksekusi mati tersebut. Kita akan berkata, “Siksa bathin jauh lebih sakit daripada siksa fisik.”
6.Jika kita katakan bahwa siksa itu hanya mengenai anggota tubuh manusia, padahal jasad manusia akan hancur menjadi tanah setelah beberapa puluh tahun, pertanyaannya, “ Apakah siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat hanya terjadi pada jasad mereka yang belum hancur?” Apakah siksa bagi kaum Nabi Nuh, ’Ad, Tsamud, dan Fir’aun sudah berakhir setelah jasad mereka kembali menjadi tanah?
7.Nikmat atau siksa alam kubur dan alam Barzakh hanya sebagai prolog. Nikmat bagi orang saleh atau siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat itu akan datang pada pagi dan petang. Sementara, jiwanya yang tenang akan kembali kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
(QS. Al-Fajr: 27-28)
Allah berdialog dengan jiwa manusia bukan dengan raga mereka karena ia akan hancur dan tidak akan kembali lagi. Allah tidak berkata, “Wahai jasad yang terbujur kembalilah kepada Tuhan mu dengan tenang dan di ridai.” Jasad bersifat materi duniawi dan peranannya akan berakhir dengan kematian, kemudian akan dikembalikan lagi setelah kiamat dalam bentuk yang berbeda.
8. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siksa itu bersifat penampakkan saja agar orang-orang kafir dan ahli maksiat takut menghadapi hari kebangkitan kembali menjadi manusa dan hari penghitungan amal.
Allah berfirman:
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
(QS. Al-Mu,min: 46)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Jika seseorang sedang menghadapi kematian, ia dapat melihat tempat kembalinya, pagi dan petang. Jika ia menjadi ahli surga, ia akan menjadi penghuni surga, tetapi jika ia ahli neraka,ia di tetapkan sebagai ahli neraka. Dikatakan kepadanya, “Ini tempat dudukmu hingga kamu di bangkitkan pada hari kiamat nanti.”
9. Allah tidak akan menyiksa para hamba-Nya, kecuali setelah di lakukan penghitungan amal pada hari kiamat kelak.
Bukankah seseorang tidak akan di masukan kedalam tahanan, kecuali setelah di ajukan kepengadilan dan diputuskan kesalahannya?
Penetapan seorang tersangka dengan bukti dan fakta yang akurat saja boleh, bagimana dengan pengadilan Allah Yang Maha Adil?
Allah berfirman:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Az-Zumar: 42)
Bahkan, Allah menegaskan bahwa tidur sama dengan mati. Dia mematikan dan membangkitkan kita setiap hari.
Allah berfirman:
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”
(QS.Al-An’aam: 60)
Dengan demikian, tidur sama denagn mati. Orang yang sedang tidur rohnya sedang berada di luar raga hingga terbangun dari tidur. Ia akan melakukan sesuatu yang di luar jangkauan akal. Dalam tidurnya mungkin saja seseorang bermimpi menyeramkan sehingga ia merasa ketakutan yang luar biasa, padahal jasadnya terbujur kaku di tempat tidur. Begitu juga ketika dia bermimpi indah, rohnya akan merasakan nikamat dalam mimpi tersebut, tetapi tubuhnya tetap terbujur kaku. Ketika ia terbangun dari tidur, ia ingin merasakan mimpi yan indah itu, tetapi tidak mau bermimpi buruk karena ketakutan yang dialami dalam mimpi tersebut. Demikian juga, dengan orang yang meninggal dunia, ia akan merasakan apa yang dirasakan orang hidup yang sedang bermimpi. Jika Allah hendak memberikan nikmat, niscaya ia pun akan merasakan kenikmatan tersebut dalam tidur atau alam Barzakhnya.
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.”
(QS. Al-Isra’: 60)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mimpi itu di tangan Allah. Dia memberikan mimpi kepada siapa yang dikehendaki. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat, tidak dapat menafsirkan arti sebuah mimpi. Jika manusia dan jin berkumpul untuk menetapkan apa yang akan dimimpikan nanti malam, niscaya mereka tidak dapat melakukannya.
Dari penjelasan tersebut di atas bahwa siksa itu ilmu Allah, di bawah nalar manusia dan hanya Allah yang mengetahui. Allah Maha Mengetahui lagi Manciptakan makhluk di muka bumi ini. Dia yang mengetahui bagaimana bentuk siksa atau nikmat yang akan dialami seseorang, sejak meninggal dunia sampai hari kiamat. Dia mengawali siksa atau nikmat tersebut di alam barzakh hingga kiamat dan akhirnya masuk surga atau neraka.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Ta’ala…
Melalui tulisan “Misteri Kematian dan Alam Barzakh” ini semakin jelas bahwa alam barzakh itu hanya Allah yang mengetahuinya, sebagai rahmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang beriman, Allah akan menerima dan menyambut setiap manusia beriman yang memiliki jiwa tenang dan tentram, mengakui ke-Esa-an Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman;
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”
(QS. Al-Fajr: 27 – 30).
Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya.
Semoga Allah Ta’ala menerima usaha penulis ini untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan mencatat pada buku catatan kebaikan dan buku catatan orang-orang yang ikut serta, membaca, dan memahami tulisan ini. Hanya ridho Allah yang menjadi tujuan dari tulisan ini,
Amin Allahumma amiin...
JazakumuLlah khairan katsiiro.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Nchie
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga melalui berbagai dalil serta penjelasan di bawah ini, semakin jelaslah bahwa ”Siksa Kubur” itu memang merupakan Rahasia dari Allah Ta’ala, yang tidak pernah disampaikan-Nya secara nyata. (seperti yang pernah disampaikan oleh banyak pendapat dengan berbagai perinciannya, bahkan mereka berani pula memastikannya..!?)
Masya Allah...lupakah kita bahwa seorang Baginda RasuluLlah saw. saja langsung di tegur oleh Allah Ta’ala lantaran memastikan sesuatu...!?
Allah Ta’ala berfirman;
”Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah" Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini."
(QS. al-Kahfi : 23 – 24)
Menurut riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan Insya Allah (artinya jika Allah menghendaki). Tapi kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24 di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi lupa menyebut Insya Allah haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Maka...masih adakah yang punya keberanian untuk memastikannya lagi...???
Selamat menyimak penjelasan berikut ini, semoga dengan ridho dari Allah Ta’ala tulisan inipun dapat bermanfaat, insyaAllah...
Bagaimana Bentuk siksa Di Alam Barzakh
Alam Barzakh hanya di ketahui berdasarkan Al-Qur’an dan hadist tidak dengan argumentasi yang lain. Ada dan tiadanya siksa kubur bergantung pada penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadist. Ilmu kita tak dapat menembus alam tersebut. Sejak kematian hingga kiamat tiba, adanya surga dan neraka merupakan ilmu Allah SWT karena pengetahuan tersebut bersifat misteri. Allah SWT menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan tentang keberadaan alam misteri tersebut, tetapi tidak menjelaskan bagaimana bentuknya, karena hanya Allah SWT yang berhak menjelaskan keberadaan alam itu.
Allah berfirman:
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia .Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?”
(QS. Yunus: 15-16)
Dari dua ayat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa yang berhak menjelaskan tentang alam akhirat hanya Allah karena tidak seorang pun yang mengetahui alam akhirat. Meskipun ilmu manusia mencapai tingkat tertinggi, jangkauan tetap terbatas dan alam akhirat di luar jangkauan akal manusia. Roh sebagai sebab adanya kehidupan dan kematian, sampai saat ini belum ada ilmuwan yang mengetahui tentang hakikat roh, hanya Allah yang mengetahui.
Allah berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS. Al-Isra’: 85)
Ayat di atas menjelaskan bahawa ilmu tentang roh hanya Allah yang mengetahui. Meskipun ilmu manusia mengalami kemajuan pesat, tidak ada dapat mengerti tentang hakikat kematian dan kehidupan karena ilmu tentang hakikat roh hanya Allah yang mengetahuinya.
Untuk itu kita harus menyiapkan segalanya guna menghadapi alam tersebut. Alam kematian tidak mungkin di hindari karena alam itu pasti adanya. Kita hanya mengetahui sedikit tentang alam tersebut melalui Al-Qur’an dan hadist. Setiap pendapat, ucapan, atau dugaan yang tidak berdasar Al-Qur’an dan hadist Nabi saw., tidak boleh di amalkan karena pendapat itu pasti salah.
Para ulama berbeda pendapat tentang bentuk siksaan, padahal mereka sepakat bahwa siksa atau azab pasti adanya. Pertanyaannya: apakah siksaan itu hanya di alami oleh jasad mayit atau juga menimpa jiwa dan rohnya?
Sebagian orang yang meragukan adanya siksa kubur berpendapat, “Jika kita menggali kembali kubur orang kafir atau orang maksiat – setelah beberapa hari di kuburkan – kita tidak melihat adanya bekas siksaan atau pukulan pada tubuh si mayit. Dimana tanda-tanda penyiksaan itu diketahui?” Rasulullah saw. Bersabda, “Jika kalian tidak saling menguburkan, niscaya aku memohon kepada Allah agar memperdengarkan siksa kubur sebagaimana yang aku dengar.” (HR Imam Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
Jika siksa kubur sama dengan apa yang kita gambarkan, misteri alam gaib menjadi hilang dan tidak ada lagi ujian atau cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita.
Allah berfirman:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”
(QS. Al-Mulk: 2)
Ujian pertama yang diberikan Allah ialah ujian keimanan, iman kepada alam gaib.
Allah berfirman:
1. Alif laam miin
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad dan sebagainya. Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa empat ayat pertama dari surat al-Baqarah (S. 2: 2,3,4,5) membicarakan sifat-sifat dan perbuatan Kaum Mukminin, dan dua ayat berikutnya (S. 2: 6,7) tentang kaum kafirin yang menegaskan, bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup - diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman -; dan tiga belas ayat selanjutnya lagi (S.2: 8 s/d 20) menegaskan ciri-ciri, sifat dan kelakuan kaum munafiqin.
(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)
3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. Menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya.
Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.
(QS.Al-Baqarah: 1-3)
Keimanan pada yang gaib merupakan syarat untuk keimanan yang benar, keimanan yang tidak memiliki unsur keraguan bahwa Allah SWT sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui. Dia menjadikan tanda-tanda keberadaan-Nya dengan menciptakan bintang-gemintang, matahari, bumi, laut, gunung, dan bukit.
Di antara makhluk Allah ada yang bersifat gaib-diluar jangkauan akal kita- seperti malaikat dan jin. Allah menciptakan mereka sebagai sesuatu yang gaib, padahal para malaikat itu sebagai pasukan Allah SWT, sebagaimana
Firman Allah:
“Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.”
(QS. Al-Muddatstsir: 31)
Kita tidak mengetahui di mana mereka, tetapi sebenarnya mereka berada di sekitar kita, sebagaiman firman Allah SWT:
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 17-18)
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Rasulullah saw. Bersabda,”Setiap satu jengkal di langit terdapat malaikat yang sujud”.
Diriwayatkan dari Anas r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “…Demi Dzat yang diriku berda di tangan-Nya, tidak ada satu jengkal pun di langit kecuali terdapat malaikat yang bersujud untuk menyucikan dan memuji Allah.” (HR Ibnu Mardawaih, dan As-Suyuthi dalam Al-Jami’ As-Shaghiir). Anas mengatakan bahwa hadist ini shahih dan Imam Turmudzi meriwayatkannya dengan riwayat yang berbeda.
Lalu, di mana jin yang hidup di tengah-tengah kita? Banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang jin, bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat Al-Jin.
Allah berfirman:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Al-A’raf: 27)
Dari ayat di atas banyak sekali hal gaib. Allah tidak menghendaki manusia menyaksikan masalah tersebut, melainkan Dia mengharapkan mereka beriman melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya.
Dengan demikian, apa maksud penundaan masalah tersebut? Bagaimana bentuk siksa dialam Barzakh yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadist?
Siksa adalah satu hal yang pasti terjadi. Tetapi bagaimana bentuk siksaan itu tidak di jelaskan. Siksa yang mengenai raga dan jiwa, bukan sekadar penyiksaan pada organ tubuh karena organ tubuh akan hancur. Siksaan terhadap jiwa jauh lebih berat dibandingkan dengan siksaan fisik. Siksaan terhadap jiwa adalah merupakan siksaan yang Allah perlihatkan kepada manusia. Pagi dan petang, sama dengan nikmat-nikmat yang dialami manusia beriman di alam Barzakh. Siksaan jiwa jauh lebih berat rasanya di banding siksaan tubuh karena jika Allah hanya menyiksa tubuh, siksaan itu bersifat sementara, tidak abadi.
Siksaan yang disebutkan dalil-dalil di atas ialah siksaan terhadap jiwa dan roh, tetapi tidak berarti jasad tidak mengalami siksaan, melainkan tubuh ikut merasakan siklsaan yang di alami jiwa dan roh. Demikian pernyataan para ulama tentang siksa meskipun kita melihat tidak terdapat bekas siksaan itu ketika kita menggali kubur.
Ada beberapa masalah yan perlu diperhatikan:
1. Jasad manusia ketika ditingalkan rohnya tidak ada artinya, sama dengan onggokan sampah yang akan punah, tetapi pada hari kiamat nanti manusia akan di hidupkan kembali, tentu dengan jiwa dan rohnya.
Allah berfirman:
“Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?”
(QS.Al-Waqi’ah: 61-62)
2.Jasad manusia akan hancur, sedangkan dosa akan menjadi beban baginya hingga tiba hari kiamat.
3.Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Setiap manusia akan hancur menjadi tanah, kecuali dosa yang dilakukan akan terus menjadi beban” (HR Imam Muslim, Abu Daud, dan Nasa’i)
4.Jasad yang di tinggalkan roh tidak merasakan sakit meskipun dia di gergaji menjadi beberapa bagian. Artinya, roh harus dikembalikan kepada jasad agar jasad merasakan siksa alam Barzakh atau kubur. Jika roh tidak di kembalikan kepada jasad ketika kedua malaikat bertanya kepadanya, ini berarti jasad akan terbujur kaku dalam kubur dan tidak merasakan siksaan.
5.Siksaan yang menimpa jiwa jauh lebih sakit daripada siksaan yang menimpa tubuh. Dalam kehidupan di dunia kita merasakan beratnya sakit jiwa, sakit yang tidak akan kuat ditanggung oleh raga. Ada seorang tahanan penjara yang akan di eksekusi mati, ia banyak mengalami siksaan batin yang sangat menyakitkan. Selama satu bulan raganya sehat, tetapi bathinnnya sangat menderita menunggu waktu eksekusi mati tersebut. Kita akan berkata, “Siksa bathin jauh lebih sakit daripada siksa fisik.”
6.Jika kita katakan bahwa siksa itu hanya mengenai anggota tubuh manusia, padahal jasad manusia akan hancur menjadi tanah setelah beberapa puluh tahun, pertanyaannya, “ Apakah siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat hanya terjadi pada jasad mereka yang belum hancur?” Apakah siksa bagi kaum Nabi Nuh, ’Ad, Tsamud, dan Fir’aun sudah berakhir setelah jasad mereka kembali menjadi tanah?
7.Nikmat atau siksa alam kubur dan alam Barzakh hanya sebagai prolog. Nikmat bagi orang saleh atau siksa bagi orang kafir dan ahli maksiat itu akan datang pada pagi dan petang. Sementara, jiwanya yang tenang akan kembali kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
(QS. Al-Fajr: 27-28)
Allah berdialog dengan jiwa manusia bukan dengan raga mereka karena ia akan hancur dan tidak akan kembali lagi. Allah tidak berkata, “Wahai jasad yang terbujur kembalilah kepada Tuhan mu dengan tenang dan di ridai.” Jasad bersifat materi duniawi dan peranannya akan berakhir dengan kematian, kemudian akan dikembalikan lagi setelah kiamat dalam bentuk yang berbeda.
8. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa siksa itu bersifat penampakkan saja agar orang-orang kafir dan ahli maksiat takut menghadapi hari kebangkitan kembali menjadi manusa dan hari penghitungan amal.
Allah berfirman:
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
(QS. Al-Mu,min: 46)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “ Jika seseorang sedang menghadapi kematian, ia dapat melihat tempat kembalinya, pagi dan petang. Jika ia menjadi ahli surga, ia akan menjadi penghuni surga, tetapi jika ia ahli neraka,ia di tetapkan sebagai ahli neraka. Dikatakan kepadanya, “Ini tempat dudukmu hingga kamu di bangkitkan pada hari kiamat nanti.”
9. Allah tidak akan menyiksa para hamba-Nya, kecuali setelah di lakukan penghitungan amal pada hari kiamat kelak.
Bukankah seseorang tidak akan di masukan kedalam tahanan, kecuali setelah di ajukan kepengadilan dan diputuskan kesalahannya?
Penetapan seorang tersangka dengan bukti dan fakta yang akurat saja boleh, bagimana dengan pengadilan Allah Yang Maha Adil?
Allah berfirman:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Az-Zumar: 42)
Bahkan, Allah menegaskan bahwa tidur sama dengan mati. Dia mematikan dan membangkitkan kita setiap hari.
Allah berfirman:
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.”
(QS.Al-An’aam: 60)
Dengan demikian, tidur sama denagn mati. Orang yang sedang tidur rohnya sedang berada di luar raga hingga terbangun dari tidur. Ia akan melakukan sesuatu yang di luar jangkauan akal. Dalam tidurnya mungkin saja seseorang bermimpi menyeramkan sehingga ia merasa ketakutan yang luar biasa, padahal jasadnya terbujur kaku di tempat tidur. Begitu juga ketika dia bermimpi indah, rohnya akan merasakan nikamat dalam mimpi tersebut, tetapi tubuhnya tetap terbujur kaku. Ketika ia terbangun dari tidur, ia ingin merasakan mimpi yan indah itu, tetapi tidak mau bermimpi buruk karena ketakutan yang dialami dalam mimpi tersebut. Demikian juga, dengan orang yang meninggal dunia, ia akan merasakan apa yang dirasakan orang hidup yang sedang bermimpi. Jika Allah hendak memberikan nikmat, niscaya ia pun akan merasakan kenikmatan tersebut dalam tidur atau alam Barzakhnya.
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.”
(QS. Al-Isra’: 60)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa mimpi itu di tangan Allah. Dia memberikan mimpi kepada siapa yang dikehendaki. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami kemajuan pesat, tidak dapat menafsirkan arti sebuah mimpi. Jika manusia dan jin berkumpul untuk menetapkan apa yang akan dimimpikan nanti malam, niscaya mereka tidak dapat melakukannya.
Dari penjelasan tersebut di atas bahwa siksa itu ilmu Allah, di bawah nalar manusia dan hanya Allah yang mengetahui. Allah Maha Mengetahui lagi Manciptakan makhluk di muka bumi ini. Dia yang mengetahui bagaimana bentuk siksa atau nikmat yang akan dialami seseorang, sejak meninggal dunia sampai hari kiamat. Dia mengawali siksa atau nikmat tersebut di alam barzakh hingga kiamat dan akhirnya masuk surga atau neraka.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Ta’ala…
Melalui tulisan “Misteri Kematian dan Alam Barzakh” ini semakin jelas bahwa alam barzakh itu hanya Allah yang mengetahuinya, sebagai rahmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang beriman, Allah akan menerima dan menyambut setiap manusia beriman yang memiliki jiwa tenang dan tentram, mengakui ke-Esa-an Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman;
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.”
(QS. Al-Fajr: 27 – 30).
Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya.
Semoga Allah Ta’ala menerima usaha penulis ini untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan mencatat pada buku catatan kebaikan dan buku catatan orang-orang yang ikut serta, membaca, dan memahami tulisan ini. Hanya ridho Allah yang menjadi tujuan dari tulisan ini,
Amin Allahumma amiin...
JazakumuLlah khairan katsiiro.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Nchie
Menjadi manusia berkualitas dimata Allah
"...Sesungguhnya orang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu...." (Al-Hujaraat: 13).
Kualitas diri di hadapan Allah bukan dilihat dari status sosialnya, kecantikan, keturunan dan kekayaannya melainkan ketakwaanya, hal ini diterangkan oleh Rosulullag dalam sabdanya "Allah tidak akan melihat penampilan dan kekayaan kamu, akan tetapi kepada dan amalmu." (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad bahwa Durrah binti Abu Lahab r.a berkata, "Seorang laki-laki beranjak dewasa datang menemui nabi yang sedang berada di atas mimbar, orang itu berkata: Ya Rasulullah, manusia manakah yang paling baik ? Rosulullah menjawab: Manusia yang paling baik adalah yang paling membaca Al-Qur'an, yang paling bertakwa kepada Allah, yang paling sering memerintakan kepada yang makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar dan yang paling sering menyambungkan tali silaturahim." dan dalam hadist lain dikatakan pula "Manusia yang paling baik ialah yang panjang usianya dan baik amalnya." (Hr. ath-Thabrani dan Abu Na'im).
Saudara-saudaraku yang kucintai karena Allah dari ayat dan hadist diatas menjelaskan kepada kita semua bahwa manusia yang paling mulia dalam pandangan Allah hanya dinilai dari segi kualitas takwanya bukan dari Ras, status sosial, kekayaan. Dan manifestasi takwa sendiri akan memancarkan kesadaran cahaya Illahiah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pola hidup atau gaya kita menempuh hidup yang disertai pola hidup atau gaya kita menempuh hidup, yang disertai dengan kesadaran yang mendalam bahwa Allah itu hadir.
Dengan demikian janganlah tertipu oleh penampilan bertopeng shaleh yang kadang membuat terpesona dengan keshalehannya tetapi di balik itu wajah sebenarnya menampilkan "bahimiyah" binatang buas yang berpenampilan manusia karena Allah sendiri mengajarkan kepada hambanya agar cantik batiniah, menurut imam al-Ghazali, bila selera orang sudah sampai pada keindahan batiniah maka keindahan lahiriah menjadi kecil.
Alkisah "ada seorang wanita yang cantik jelita namun tak pintar jatuh hati pada seorang pemuda yang jauh dari tampan namun sang pria itu sangat pintar, si wanita itu mengajak menikah si pria dengan tujuan agar keturunannya secantik ibunya dan sepintar bapaknya tapi si pria sama sekali tidak tertarik dengan kesempurnaan fisik si wanita tersebut maka si pria menjawab :tidak, aku malah takut kelak anak saya sejelek saya dan sebodoh kamu."
Cerita diatas menggambarkan dua jenis keindahan lahiriah dan batiniah, seseorang bisa tertarik pada sesuatu karena dua jenis keindahan ini namun jika keindahan itu muncul dari dalam jiwa maka keindahan lahiriah akan tampak kecil.
Saudaraku marilah bersungguh-sungguh memperoleh kualitas ketakwaan agar kehidupan kita dimata Allah Swt berkualitas dan mendapat ganjaran surga yang diidamkan semua orang. Dan untuk itu diperlukan kesabaran dalam hal apapun karena manifestasi syukur itu adalah sabar
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar" (Fushshilat: 35).
"Para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), Salamun 'alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu)...." (ar-Ra'd: 23-24).
semoga tulisan bermanfaat buat semua, mohon maaf bila banyak kekurangan di setiap sisinya.
Wassalamualaikum wr wb
*** Fathia Bafagih ***
Kualitas diri di hadapan Allah bukan dilihat dari status sosialnya, kecantikan, keturunan dan kekayaannya melainkan ketakwaanya, hal ini diterangkan oleh Rosulullag dalam sabdanya "Allah tidak akan melihat penampilan dan kekayaan kamu, akan tetapi kepada dan amalmu." (Hr. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad bahwa Durrah binti Abu Lahab r.a berkata, "Seorang laki-laki beranjak dewasa datang menemui nabi yang sedang berada di atas mimbar, orang itu berkata: Ya Rasulullah, manusia manakah yang paling baik ? Rosulullah menjawab: Manusia yang paling baik adalah yang paling membaca Al-Qur'an, yang paling bertakwa kepada Allah, yang paling sering memerintakan kepada yang makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar dan yang paling sering menyambungkan tali silaturahim." dan dalam hadist lain dikatakan pula "Manusia yang paling baik ialah yang panjang usianya dan baik amalnya." (Hr. ath-Thabrani dan Abu Na'im).
Saudara-saudaraku yang kucintai karena Allah dari ayat dan hadist diatas menjelaskan kepada kita semua bahwa manusia yang paling mulia dalam pandangan Allah hanya dinilai dari segi kualitas takwanya bukan dari Ras, status sosial, kekayaan. Dan manifestasi takwa sendiri akan memancarkan kesadaran cahaya Illahiah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pola hidup atau gaya kita menempuh hidup yang disertai pola hidup atau gaya kita menempuh hidup, yang disertai dengan kesadaran yang mendalam bahwa Allah itu hadir.
Dengan demikian janganlah tertipu oleh penampilan bertopeng shaleh yang kadang membuat terpesona dengan keshalehannya tetapi di balik itu wajah sebenarnya menampilkan "bahimiyah" binatang buas yang berpenampilan manusia karena Allah sendiri mengajarkan kepada hambanya agar cantik batiniah, menurut imam al-Ghazali, bila selera orang sudah sampai pada keindahan batiniah maka keindahan lahiriah menjadi kecil.
Alkisah "ada seorang wanita yang cantik jelita namun tak pintar jatuh hati pada seorang pemuda yang jauh dari tampan namun sang pria itu sangat pintar, si wanita itu mengajak menikah si pria dengan tujuan agar keturunannya secantik ibunya dan sepintar bapaknya tapi si pria sama sekali tidak tertarik dengan kesempurnaan fisik si wanita tersebut maka si pria menjawab :tidak, aku malah takut kelak anak saya sejelek saya dan sebodoh kamu."
Cerita diatas menggambarkan dua jenis keindahan lahiriah dan batiniah, seseorang bisa tertarik pada sesuatu karena dua jenis keindahan ini namun jika keindahan itu muncul dari dalam jiwa maka keindahan lahiriah akan tampak kecil.
Saudaraku marilah bersungguh-sungguh memperoleh kualitas ketakwaan agar kehidupan kita dimata Allah Swt berkualitas dan mendapat ganjaran surga yang diidamkan semua orang. Dan untuk itu diperlukan kesabaran dalam hal apapun karena manifestasi syukur itu adalah sabar
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar" (Fushshilat: 35).
"Para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), Salamun 'alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu)...." (ar-Ra'd: 23-24).
semoga tulisan bermanfaat buat semua, mohon maaf bila banyak kekurangan di setiap sisinya.
Wassalamualaikum wr wb
*** Fathia Bafagih ***
Pintu masuknya syaitan
oleh: Dr H. Achmad Satori
Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia.
Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:
1. Marah
Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.
2. Hasad
Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dar orang lain maka ia akan menjadi buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli” Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya walaupun jahat.
3. Perut kenyang
Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala sesuatu seraya bertanya. Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab: Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam.Yahya bertanya: Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ? Syetan menjawab: Bila kamu kenyang maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir. Yahya bertanya lagi: Apa lainnya? Tidak ada! Jawab syetan. Kemudian Nabi Yahya berkata:
Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku dengan makanan selamanya.
Iblis berkata. Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat pada orang muslim selamanya.
Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
・ Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
・ Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
・ Mengganggu ketaatan kepada Allah
・ Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
・ Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
・ Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani
4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga
Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst. Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan dzikir kepada Allah.
5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan receck
Rasulullah pernah bersabda: Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati adalah dari Allah SWT. Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain dditegaskan: “Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa. Mengapa kita edilarang tergesa-gesa? Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati. Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan. Sedangkan tergesa-gesa menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.
6. Mencintai harta
Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.
7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain.
Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya. Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain.
Meremehkan dan mencaci maki termasuk sifat binatang buas. Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa taassub itu seakan-akan baik dan hak dalam diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.
8. Kikir dan takut miskin.
Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: Sesungguhnya syaitan berkata: Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalama tiga hal perintahku: Aku perintahkan untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan menghalanginya dar hak kewajibannya (zakat).
Sufyan berkata: Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia dari kemiskinan. Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan menghalanginya dari kewajiban zakatnya.
9. Memikirkan Dzat Allah
Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah ia akan terpeleset pada kesyirikan.
10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah.
Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb.:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Rasulullah pernah bersabda: Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk.
Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa mencari maaf dan ampunan atetpi orang munafik selalu mencari cela orang lain.
Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya.
Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitus semua pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia
Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah cukup dengan zikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah”? ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus ke dalam karena zikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokh di hati selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela. Bila orang yang hatinya mamsih diliputi oleh akhlak tercela maka zikrullah hanyalah omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan. Oleh sebab itu Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. ( Al A’raaf 201)
Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendekati anda. Bila anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita. Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan dzikrullah. Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat sebelumnya:
Artinya: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Al A’roof ayat 200)
Dalam ayat lain disebutkan:
Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 98-100)
Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat dalam perut yang masih kosong.
Allab SWT berfirman :
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qoof 37)
WAllahu a’lamu bis showab.
Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia.
Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:
1. Marah
Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.
2. Hasad
Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dar orang lain maka ia akan menjadi buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli” Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya walaupun jahat.
3. Perut kenyang
Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala sesuatu seraya bertanya. Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab: Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam.Yahya bertanya: Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ? Syetan menjawab: Bila kamu kenyang maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir. Yahya bertanya lagi: Apa lainnya? Tidak ada! Jawab syetan. Kemudian Nabi Yahya berkata:
Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku dengan makanan selamanya.
Iblis berkata. Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat pada orang muslim selamanya.
Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
・ Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
・ Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
・ Mengganggu ketaatan kepada Allah
・ Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
・ Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
・ Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani
4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga
Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst. Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan dzikir kepada Allah.
5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan receck
Rasulullah pernah bersabda: Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati adalah dari Allah SWT. Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain dditegaskan: “Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa. Mengapa kita edilarang tergesa-gesa? Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati. Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan. Sedangkan tergesa-gesa menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.
6. Mencintai harta
Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.
7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain.
Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya. Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain.
Meremehkan dan mencaci maki termasuk sifat binatang buas. Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa taassub itu seakan-akan baik dan hak dalam diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.
8. Kikir dan takut miskin.
Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: Sesungguhnya syaitan berkata: Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalama tiga hal perintahku: Aku perintahkan untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan menghalanginya dar hak kewajibannya (zakat).
Sufyan berkata: Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia dari kemiskinan. Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan menghalanginya dari kewajiban zakatnya.
9. Memikirkan Dzat Allah
Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah ia akan terpeleset pada kesyirikan.
10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah.
Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb.:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Rasulullah pernah bersabda: Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk.
Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa mencari maaf dan ampunan atetpi orang munafik selalu mencari cela orang lain.
Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya.
Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitus semua pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia
Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah cukup dengan zikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah”? ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus ke dalam karena zikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokh di hati selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela. Bila orang yang hatinya mamsih diliputi oleh akhlak tercela maka zikrullah hanyalah omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan. Oleh sebab itu Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. ( Al A’raaf 201)
Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendekati anda. Bila anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita. Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan dzikrullah. Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat sebelumnya:
Artinya: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Al A’roof ayat 200)
Dalam ayat lain disebutkan:
Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 98-100)
Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat dalam perut yang masih kosong.
Allab SWT berfirman :
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qoof 37)
WAllahu a’lamu bis showab.
Orang-orang yang didoakan malaikat
Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1.Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2.Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3.Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130
4.Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272
5.Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
6.Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7.Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir
8.Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
9.Orang - orang yang berinfak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10.Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11.Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12.Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)
Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :
1.Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2.Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)
3.Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130
4.Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf).
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272
5.Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)
6.Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7.Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir
8.Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)
9.Orang - orang yang berinfak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10.Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11.Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12.Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
KEMATIAN itu Paling Dekat dan Yang Paling Jauh MASA LALU
Kisah mudah-mudahan bisa memberi tambahan pemahaman dan wacana kita bersama amin..
Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam al-Ghazali bertanya tentang enam hal.
Pertama, Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Dengan saling bersahutan murid-muridnya menjawab ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Dan jawaban itu oleh Imam al-Ghazali semuanya dibenarkan. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati. Dan itu sesuai dengan janji Allah SWT (QS. Ali Imran 185); bahwa semua yang bernyawa itu pasti mati
Lanjut pada pertanyaan kedua. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
Jawaban murid bahwa matahari itu jauh, bulan, bintang, langit dan sebagainya semua jawaban itupun dibenarkan oleh Imam al-Ghazali; Tapi jawaban yang paling benar, menurut beliau yaitu MASA LALU
Karena masa lalu tidak akan kembali. walaupun kita memiliki kendaraan yang model apapun, Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Dan untuk pertanyaan yang ketiga. Apa yang paling besar di dunia ini?
Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah Nafsu (QS. Al- a'araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, Apa yang paling berat di dunia ini?
Jawaban benar bahwa yang paling berat adalah memegang AMANAH
(QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan kecongkakak dan kesombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, Apa yang paling ringan di dunia ini?
Menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting; karena asyik ngobrol; asyik nonton acara televisi kita juga tinggalkan shalat.
Lantas pertanyaan keenam adalah, Apakah yang paling tajam di dunia ini?.
Tentunya mereka menjawab dengan kompak, pedang, pisau; tombak; anak panah dan semua jawaban benar. tapi yang paling tajam adalah lidah MANUSIA muncul fitnah, gosip yang berimbas pada pertengkaran dan percekcokan serta perselisihan adalah karena omongan yang bersumber dari lidah manusia yang tidak bisa dipertanggungjawbkan.
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa menjadi manusia yang benar-benar bermanfaat selamat dari dunia dan akhirat maka minimal kita mampu menjaga 6 hal tersebut yaitu :
1. Selalu ingat akan Mati sehingga termotivasi untuk selalu berbuat baik
2. Mengingat Masa Lalu sebagai suatu pengalaman yang harus menjadi pertimbangan sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama;
3. Bisa menjaga Nafsu, hingga kita tidak mengubar semua nafsu kita;
4. Bisa memegang amanah tidak mudah berbohong dan ingkar
5. Tidak pernah meninggalkan Sholat (ibadah)
6. Bisa menjaga lisan kita.
Nah.. akhirnya semoga kita tergolong orang-orang yang mampu menjaga enam hal tersebut Amin, smoga tulisan ini bermanfaat dan ada salah dalam tulisan mohon dimaafkan terima kasih...
source: Fathia
Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam al-Ghazali bertanya tentang enam hal.
Pertama, Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Dengan saling bersahutan murid-muridnya menjawab ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Dan jawaban itu oleh Imam al-Ghazali semuanya dibenarkan. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah Mati. Dan itu sesuai dengan janji Allah SWT (QS. Ali Imran 185); bahwa semua yang bernyawa itu pasti mati
Lanjut pada pertanyaan kedua. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?
Jawaban murid bahwa matahari itu jauh, bulan, bintang, langit dan sebagainya semua jawaban itupun dibenarkan oleh Imam al-Ghazali; Tapi jawaban yang paling benar, menurut beliau yaitu MASA LALU
Karena masa lalu tidak akan kembali. walaupun kita memiliki kendaraan yang model apapun, Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Dan untuk pertanyaan yang ketiga. Apa yang paling besar di dunia ini?
Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah Nafsu (QS. Al- a'araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, Apa yang paling berat di dunia ini?
Jawaban benar bahwa yang paling berat adalah memegang AMANAH
(QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan kecongkakak dan kesombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, Apa yang paling ringan di dunia ini?
Menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan SHALAT. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting; karena asyik ngobrol; asyik nonton acara televisi kita juga tinggalkan shalat.
Lantas pertanyaan keenam adalah, Apakah yang paling tajam di dunia ini?.
Tentunya mereka menjawab dengan kompak, pedang, pisau; tombak; anak panah dan semua jawaban benar. tapi yang paling tajam adalah lidah MANUSIA muncul fitnah, gosip yang berimbas pada pertengkaran dan percekcokan serta perselisihan adalah karena omongan yang bersumber dari lidah manusia yang tidak bisa dipertanggungjawbkan.
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk bisa menjadi manusia yang benar-benar bermanfaat selamat dari dunia dan akhirat maka minimal kita mampu menjaga 6 hal tersebut yaitu :
1. Selalu ingat akan Mati sehingga termotivasi untuk selalu berbuat baik
2. Mengingat Masa Lalu sebagai suatu pengalaman yang harus menjadi pertimbangan sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama;
3. Bisa menjaga Nafsu, hingga kita tidak mengubar semua nafsu kita;
4. Bisa memegang amanah tidak mudah berbohong dan ingkar
5. Tidak pernah meninggalkan Sholat (ibadah)
6. Bisa menjaga lisan kita.
Nah.. akhirnya semoga kita tergolong orang-orang yang mampu menjaga enam hal tersebut Amin, smoga tulisan ini bermanfaat dan ada salah dalam tulisan mohon dimaafkan terima kasih...
source: Fathia
Subscribe to:
Posts (Atom)